Tuesday, October 30, 2012

Contoh Soal Denah



 Tahu denah kan? Nah, semasa PPL ini saya dimintai tolong oleh seorang guru untuk membantu membuat soal mengenai denah untuk kelas VIII. Saya bilang, oke saja lah. Dan nggak muluk-muluk, cukup lima butir soal saja ya untuk itu, karena yang beliau minta ya cuma segitu :)
Jadi, silakan dibaca dan ambil manfaatnya :)






Gambar di atas adalah denah SMP Negeri 1 Samarinda. Perhatikan denah itu untuk menjawab pertanyaan nomor 1 sampai 5!
1.      Aula sekolah berada di sebelah…….lapangan voli.
a.       Timur         b. Barat           c. Selatan         d. Utara
2.      Ruang OSIS berada di …….ruang kurikulum.
a.       Timur         b. Barat           c. Selatan         d. Utara
3.      Pernyataan yang BENAR berdasarkan denah di atas adalah…..
a.       Ruang musik terletak di sebelah ruang olahraga dan keduanya berada di barat lapangan basket.
b.      UKS, ruang guru dan ruang BK berada di lantai bawah dan ketiganya berada di timur aula.
c.       Laboratorium bahasa dan laboratorium fisika berada di pojok kanan selatan.
d.      Aula berada di timur lapangan voli.

4.      Beberapa ruang yang ada di sebelah timur adalah?
a.       Ruang TU, kelas 8K, dan  laboratorium fisika.
b.      Perpustakaan, kantin, dan kelas 9I.
c.       Ruang musik, kelas 9F, dan kelas 8G.
d.      Laboratorium biologi, kantin, dan koperasi.
5.      Pernyataan berikut yang SALAH dari denah di atas adalah…..
a.       Ruang olahraga berada di antara ruang multimedia I dan ruang kelas 9I.
b.      Ruang TU berada di lantai bawah dan berdampingan dengan ruang piket.
c.       Laboratorium biologi berada di sebelah selatan kelas 9H.
d.      Lapangan olahraga dan aula berada di tengah halaman sekolah.


Monday, October 22, 2012

RPP Menulis Naskah Drama Sesuai Kaidah-kaidah Penulisan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1.        Identitas
Sekolah                : SMP N 1 Samarinda
Mata pelajaran      : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester     : VIII/I                       
Jumlah pertemuan  : 1 kali (2 x 40’)
2.        Standar Kompetensi : Menulis
: 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama.
3.    Kompetensi Dasar    : 8.2 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama.
4.    Indikator Pencapaian Kompetensi
1.    Mampu menyusun kerangka cerita drama.
2.    Mampu menulis naskah drama satu babak berdasarkan kerangka cerita drama dnegan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama.

5.    Tujuan Pembelajaran
a.  Setelah siswa mendapatkan ide cerita  drama, mereka bisa menuangkannya dalam bentuk kerangka naskah drama.
b. Selanjutnya kerangka itu dikembangkan menjadi sebuah naskah yang ditulis berdasarkan kaidah-kaidah penulisan naskah drama.

Friday, October 19, 2012

K Vs K

Lagi marak kasus korupsi? KPK? Film kita Versus Korupsi (K Vs K). Iya sih, tapi tulisan saya bukan soal itu karena bagi saya itu terlalu berat, ehehe. Sengaja milih judul itu, kan Kampung Versus Kampungan dan tetap aja kalau disingkat jadi K Vs K, hoho...
Selamat membaca :)

Kampung.
Kata itu mengingatkan saya pada sebuah desa tempat saya lahir di Kabupaten Paser Kecamatan long Ikis, Kayungo namanya. Sekarang nama itu sudah diubah lantaran pemekaran desa menjadi Tajer Mulya yang konon menurut orang-orang setempat punya harapan untuk sejahtera dan maju. Amin, semoga saja.
Dan ini gambar rumah orang tua di kampung:

Kampungan.
Lain hal, kata ini biasa kita dengar sebagai konteks perilaku dan paradigma kolot. Yah, kasarnya sih norak, gaptek, bodoh, primitif, dan sejenisnya yang lebih dialamatkan pada orang-orang yang berasal dari kampung.
Saya mendapat ini dari bangku kuliah saat kelas Seminar Bahasa dan Sastra dengan Pak Rusydi. Katanya, kampungan itu bukan persoalan dari mana asal seseorang, tetapi lebih kepada pola pikir dan gaya hidup seseorang. Kampungan bagi beliau adalah sebuah sikap yang salah yang justru dilakukan oleh orang-orang intelek. Contoh, saat berkendara saling balap di jalan tanpa etika, di kampus gaya mahasiswa bukannya mencerminkan seorang pelajar justru lebih mirip artis dengan ketidakseronokannya, membuang sampah di sembarang tempat lewat kaca mobil atau langsung di parit-parit, pokoknya yang tidak pantas lah. Bukan siapa-siapa lho yang berbuat seperti itu, orang-orang di sekitar saya (dan bahkan tidak menutup kemungkinan saya juga begitu kalau khilaf, ehehe) yang hidup di wilayah ibu kota Kalimantan Timur pun begitu. Bukan soal di mana atau dari mana kita berasal, tapi pola pikir, sikap dan afeksi yang baik dan benar harus kita tonjolkan pada masyarakat.
Sebagai tambahan, seorang dosen lainnya pernah mengatakan begini, "Orang dengan penguasaan kognisi bagus, afeksinya bagus."
Secara pribadi saya menyepakati apa yang diucapakan dosen saya, tetapi pada realita saya harus lebih banyak belajar tentang sikap. Orang intelek kalau tidak bisa bersikap adil kan jadi tidak terlihat intelektualnya. Iya kan?

Sekarang, sebagai seorang yang berpendidikan (nah buktinya bisa buka dan baca blog saya, ahaha) yuk kita buktikan bahwa kita bisa bersikap adil (artinya menempatkan sesuatu yang wajar dan pantas pada situasi dan kondisi tertentu). Mari berpendidikan dan hidup dalam kebijaksanaan.

Mari....

Tuesday, October 9, 2012

Ketika Niat Baik Ditolak

Ini pengalaman ketika sebuah senja saya pulang berjalan kaki dari markas UKM Jurnalistik Unmul ke arah Pramuka. Di depan pertigaan Kedokteran, saya melihat seorang Kakek bercelana kumal, di bahunya tersampir sarung–saya tak bisa menaksir usianya–berjalanbungkuk dan tertatih dengan sebuah tongkat di tangannya hendak menyeberang jalan. Kendaraan yang lalu lalang tak urung membuat sang Kakek maju mundur untuk menyeberang.  Saya memperhatikan sekeliling dan mencoba untuk memberi kode kepada para pengendara untuk sejenak memberi ruang si Kakek menyeberang lalu saya dekati Kakek itu dan mencoba membantunya. Saya gandeng tangannya dan ketika dari dekat itulah saya bisa melihat dia membawa sebungkus makanan. Sekilas tadi saya kira Kakek ini peminta-minta,  tapi segera saya tepis dugaan buruk itu. Saya tidak berani berhipotesis hanya karena memang ada saja para peminta yang merdeka keluar masuk area kampus (bahkan pernah mereka menyambangi kelas-kelas kuliah). Sesuatu yang semoga tidak terlihat di kampus-kampus lain. Bukan perkara ini jalanan umum, sih, tapi menurut saya ini kan lingkungan akademik, jadi setidaknya pemandangan yang seperti itu tidak ada lagi.
Lanjut ke soal si Kakek yang akan menyeberang jalan. Saat hampir di tengah jalan, saya baru sadar Kekek itu berkata pelan,“Sudah, tinggalkan saya. Kamu pulang saja sana.”