Friday, June 29, 2012

Foto di Malundung

Nulis apa ya...apa yaa....
foto aja kali ya...
@pelabuhan Malundung, Tarakan.
Hahahahahihihihuhuhu

Monday, June 25, 2012

Analisis Novel Gampiran


Nama           : Hesti Kustrini
NIM             : 0905075025
Kelas            : Reguler A
Mata Kuliah   : Kritik Sastra


ANALISIS INTRINSIK NOVEL INNI INDARPURI
GAMPIRAN: TAKDIR MUNITA
(Dibuat sebagai tugas akhir mata kuliah Kritik Sastra Program Studi Pendidkan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Mulawarman tahun ajaran 2011-2012)


 

Judul novel           : Gampiran: Takdir Munita
Pengarang            : Inni Indarpuri                                          
Penerbit                : Kalika, Yogyakarta
Tahun terbit          : 2012
Dimensi buku        : 208 halaman; 12 x 19 cm
Harga                   : Rp 27.500,-


A perfect judge will read each work of wit
With the same spirit that its authir writ
-Alexander Pope
Essay on Critism II

A.   Inni Indarpuri dan Gampiran
Inni Indarpuri adalah seorang novelis perempuan Kaltim. Ia menulis Gampiran sebagai novel keduanya setelah ia menyelesaikan buku pertama dwilogi Di Antara Dua Cinta. Kedua novelnya sarat akan nuansa lokal dan pesan moral terkait lingkungan hidup.
Inni menulis Gampiran karena gampiran merupakan suatu lokalitas budaya yang ada di sebagian masyarakat Kutai dan Banjar yang mengakui keberadaan gampiran. Dalam keluarganya pun ada tradisi bebebuang, yakni sebuah ritual jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit dan tak kunjung sembuh. Jalannya ritual adalah dengan melarungkan ketan dan seperangkatnya ke sungai kemudian air sungai itu diambil untuk disapukan ke sekujur tubuh. Untuk perihal kesurupan gampiran buaya pun masih ada sampai sekarang, karenanya biasanya sebelum diadakan acara perkawinan, mereka yang mempercayai gampiran ini akan bebebuang dahulu. Sekarang, perangkat bebebuang berkembang dengan bukan hanya ketan tetapi juga Al Fatihah sebagai sedekah atau hadiah untuk gampiran.
Inni Indarpuri gemar menulis sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ia membuat majalah-majalahan berjudul Indrapuri yang isinya berupa cerita-cerita dan ia jilid sendiri lalu dibaca oleh teman-temannya. Ketika SMP, ia terinspirasi membuat novel ala 5 Sekawan dengan versi yang berbeda. Saat SMA dan kuliah ia mengirimkan cerpennya ke Manuntung (sekarang Kaltim Post) dan itu membuatnya bangga sebab ketika itu ia mendapat honor yang lumayan sekaligus dengan begitu ia bisa menghadiahi kawan-kawannya dengan dimuatnya cerpen itu (dengan cara mencantumkan nama kepada siapa cerpen itu dibuat).
Gampiran, bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tak ditemukan arti kata itu. Gampiran dalam konteksnya berarti kembar antara manusia dengan buaya. Artinya bukan mereka merekat, saling berdempet, atau menempel secara fisik, melainkan begampiran adalah persatuan atau perpaduan secara rohani antara dua roh yang berbeda; roh manusia yang hidup di alam nyata (dunia) sementara roh buaya yang hidup di alam gaib dalam hal ini digambarkan di kedalaman sungai (Gampiran: 9).
Korrie Layun Rampan yang memberikan endorsement novel ini mengatakan, dalam Sastra Nusantara atau Sastra Indo Belanda, dicantumkan nama Louis Couperus (1863-1923) yang menulis novel De Stille Kracht yang di dalam Bahasa Indonesia menjadi Alam Gaib atau Kekuatan Diam. Di dalam novel yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda di Pasuruan, Jawa Timur ini memperlihatkan sekian banyak kejadian ajaib yang berhubungan dengan hal-hal magis dan kekuatan supranatural. Novel ini berbicara tentang kekuasaan dan keinginan bahagia tokoh-tokohnya, namun nasib dan takdir membawa mereka pada kenyataan lain dari hidup yang sebenarnya. Dalam Gampiran hal-hal demikian tersua bagus lewat narasi dan dramatisasi peristiwa (Gampiran: 202).
Gampiran menunjukkan kearifan lokal yang dalam. Dalam novel ini diceritakan bahwa dahulu ada namanya Perjanjian Hulu dan Hilir, yakni perjanjian territorial yang dibuat berdasarkan konsensus antara manusia dengan buaya setelah pernah terjadi perselisihan di antara keduanya. Selama beberapa kurun waktu kedua jenis makhluk ini saling menjaga perjanjian mereka, hingga suatu ketika perjanjian itu dilanggar oleh kalangan mereka sendiri.
Gampiran membuat pembacanya cukup untuk merenungkan apakah ia sebagai manusia juga memiliki gampiran (kembaran), dan jika benar, apakah itu terjadi pada setiap diri manusia atau untuk orang-orang tertentu saja? Selesai membaca novel ini bulu kuduk pembaca meremang, membayangkan gampiran.

B.   SINOPSIS
         Novel ini diawali dengan kisah kesurupannya Monika. Kisah kelahiran Monika di kampung Sangta adalah kunci untuk mengetahui apa yang merasuki tubuh Monika. Delapan belas tahun lalu Monika lahir bersama gampirannya dalam wujud buaya (Munita). Namun karena keduanya berbeda jenis dan tentu saja berbeda habitatnya, maka atas saran Dukun Beah, ibu melahirkan itu terpaksa membuang anak buayanya ke sungai belakang rumah atas alasan agar orang-orang tak tahu bahwa ia telah melahirkan anak gampiran. Sebagai janjinya, setiap purnama ibu itu akan mengirim nutrisi (sebutan makanan gampiran) dari sungai belakang rumahnya. Monik dirasuki Munita sebagai bentuk protes Munita kepada ibunya yang telat memberinya nutrisi pada suatu purnama.

Monday, June 11, 2012

Sejenak Bicara tentang Pasar Malam

Anda seorang shopaholic yang biasa nge-mall??
Masih kepikiran bagaimana suasana pasar malam?
Atau Anda justru bertanya apa menariknya dari sebuah pasar malam? Hmmm..
Ya…atmosfirnya terasa lebih merakyat! Tidak kentara perbedaan kelas dan jenjang status sosial lainnya :)

Saya sendiri punya hal menarik yang saya dapatkan dari suasana pasar malam. Saya senang bisa melihat kerumunan banyak orang. Saya bisa melihat berbagai tingkah polah yang mereka lakukan, berbagai ekspresi, dan respon yang keluar dari reaksi manusia lain.

Di pasar malam, kita bisa melatih keterampilan berkomunikasi. Contohnya, sebagai pembeli, kita harus bisa memposisikan sebagai penawar ulung. Kita harus bisa mengajak pemeli berkompromi ddengan harga yang kita tawar. Misalnya jika dalam kalangan pedagang Banjar, mereka (para penjual, red) biasa mematok harga dua kali lipat dari harga aslinya. kita harus tahu trik menawar tanpa harus mengakibatkan salah satu diantara dua pihak menjadi tidak ikhlas. Pun dengan penjual, ia harus bisa menarik perhatian calon pembelinya tanpa harus berbohong. Kalau barang bagus ya bilang bagus, kalau jelek ya bilang saja jujur. Toh rejeki tak kemana. Kalau kedua belah pihak saling menguntungkan, baru keihatan berkahnya dimana. Iya kan?

Selain itu, berbagai genre lagu mulai dari lagu anak-anak sampai yang ajab-ajab bisa saya dengar. Paman odong-odong selalu setia memutarkan lagu anak-anak. Seperti yang pernah dosen saya katakan bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai dunia anak-anak dan mereka akan melestarikan lagu anak-anak sebagai bahan pengajaran yang bagus untuk pembentukan watak anak-anak melalui lagu dan ayunan lembut dari kayuhan Paman odong-odong. Bravo!!

Saya juga selalu bisa tergoda dengan jajanan pasar yang murah meriah. Tadi saja bersama dua orang kawan memborong bikang, molen pisang, pentol, dan onde-onde (sekedar info, onde-onde adalah kue pasar kesukaan saya, jadi kalau mau traktir onde-onde saya amat berterima kasih, hehehe)