Saturday, November 23, 2013

Aku...Menikah...?

Beberapa jam lalu diminta baca blognya Mbak Ellie tentang menikah. Hiye....dan aku bilang sama dia kalau aku suka sama kalimat terakhirnya "P.S.S: Apakah Anda tahu bahwa pertanyaan "kapan kawin?" termasuk tindakan bullying? Now, you know!" 
Hahaha..

Soal menikah emang bahasan yang rada sensitif sih bagi beberapa perempuan. Jangankan kayak Mbak Ellie, aku yang kepala dua aja udah ribut dan ribet ditanyain beberapa orang di sekitarku. 

Friday, September 20, 2013

Untuk Kekasih Soreku

Tolong bacakan untuk dia, kekasih soreku...
Karenaaku akan bahagia jika dia tahu semuanya...


Kekasih soreku,
Apa kabar?

Masih ingat denganku?
Adalah pagi yang melenyapkan diri hanya untuk menemuimu 
Aku berharap lenyapku bersama waktu tidak berlaku di hatimu

Kekasih soreku,
Aku tahu kamu juga akan pergi
Tetapi apakah kau akan membawa serta aku?

Tidak?
Ya?
Mengapa ragu-ragu begitu?

Sedari awal benih hati hari ditebar, aku tahu kita adalah ruang yang tak sama
Aku datang lebih awal dan kamu belakangan

Kekasih soreku,
Bisakah kau tidak menemui kekasih malammu?
Dan aku tak menemui kekasih siangku

Kekasih soreku,
Kitalah anak-anak waktu
Tempat matahari kehidupan terbit dan terbenam
Tidakkah kita terlahir istimewa?

 tetapi mampukah kita melawan sang empu waktu?






Thursday, September 19, 2013

Tentang Rahasia

Suatu waktu ketika bangku kayu masih ada di sana
Di sudut halaman yang ditumbuhi rerumputan
Suatu waktu ketika embun dan pagi masih kerap berbicara
Dalam kata yang tak pernah mampu kita tahu



Kita tidak seperti pagi dan matahari yang pasti bertemu setiap hari

Bayangkanlah sesekali..

Tentang jika..
 Yang sampai kapanpun menjadi rahasia


*Mahakam Square, 18 September 2013




Thursday, August 22, 2013

Kata Mahasiswa tentang Kos atau Kontrakannya

 Kos atau kontrakan yang ideal itu yang gimana sih?

Hayoo.....


Kata Baim, kos ideal itu kos yang deket rumah ibadah. Penghuninya solid, bersahabat, bersih, terjaga keamanannya. Tambahnya kos-kosan itu punya peraturan yang jelas, misalnya pukul berapa harus tutup pagar, dan lain-lain.

Menurut Zani anak Fisipol Unmul, kos ideal itu harga bulannya murah, kamar mandi di dalam alias milik masing-masing kamar, jadi nggak pakai antre. Lokasinya deket sama kampus, nggak kena banjir kalau hujan deras.

Kalau Nisa sih kurang lebih aja sama kata temen-temen di atas, termasuk airnya lancar dan kamarnya lebar. Kalau bisa di dalam kamarnya ada peralatan masak (jadi bisa masak-masak), ibu kosnya ramah (jadi bisa nyaman meski telat bayar kosan! Ahah..)

Kalau buat aku, kos ideal itu yang kamar-kamarnya nyatu dengan rumah pemilik kosnya atau paling nggak deketan lah rumahnya dengan pemiliknya. Biar enak aja gitu kalau ada apa-apa, langsung lapor ke pemilik kos-kosa. Terus, buat aku, kos ideal itu yang punya ruang tamu, jadi kalau ada tamu nggak berdiri di luar. Terus juga punya garasi buat yang punya kendaraan. Biar aman aja gitu.

Kontrakan?
Lebih asyik lagi nih. Kita bisa ngejadiin kontrakan kita buat markas/beskem untuk ngejalanin usaha kalau ada sambilan jualan. Secara sistem bayarnya juga lebih murah. Aku pernah nanya satu rumah kontrakan di bilangan Swadaya akhir tahun lalu sekitar 11 atau 12 juta per tahun. Lumayan lho kalau bisa bawa massa untuk tinggal bareng. Temen bisa milih sendiri. Waktu itu kamar rumahnya ada empat, lebar-lebar. Udah termasuk lemari dan alas tidur pula. Sekamar bisa ditinggali dua orang. Jadi serumah ada delapan penghuni. Tinggal dibagi aja tuh berapa masing-masing bayarnya.Nah, kalau soal kemanan, kudu lebih ekstra ketat. Pasalnya ini kan dianggap rumah sendiri, jadi ya semua diatur sendiri. Maka beruntunglah kalau kontrakannya deket sama pos kamling atau rumah ketua RT.

Salam anak kos-kosan!

:)






Friday, August 16, 2013

Darl....

Darl, saat kita mencintai orang lain, itu artinya kita siap untuk berbagi mimpi dan cita-cita dengan siapa yang kita cintai itu. Saling percaya, saling mengimbangi dan melengkapi satu sama lain. 



Sudah siapkah, kita?




medio Agustus 2013

Thursday, July 11, 2013

Seandainya....

Lihat apa yang terjadi. Aku buru-buru menyalakan laptop saat aku seharusnya sedang makan sahur dengan tenang. Ada sesuatu yang mendorongku untuk menyalakan laptop dan log in facebook.

Ada kamu di sana. Di pemberitahuan ulang tahun.
Bodohnya aku sampai baru ingat bahwa ini hari ulang tahunmu.

Awalnya aku berniat menulis di dindingmu dengan kalimat semacam selamat ulang tahun dan lain sebagainya itu nanti-nanti saja. Tapi kemudian aku khawatir dengan kata "nanti". Aku khawatir "nanti" adalah waktu yang tak bisa kutemui, apalagi kulalui. Jadi, aku memutuskan untuk menulisnya sekarang.

Seperti biasa, aku bukan orang yang pertama kali mengucapkan ucapan selamat ulang tahun atau semacamnya itu. Kulihat deretan postingan di sana. Macam-macam doa dan pesannya.

Aku menarik napas. Mulanya aku hendak menulis begini:

"Semoga bahagia, berkah sepanjang masa. Jangan lupa olahraga, dan jangan lupakan aku. Miss you."


Tapi.....

Ada pacarmu di sana, dan aku urung menulis begitu, takut dia cemburu padaku.

Makanya...aku tidak melakukan itu.
Cukup dengan ucapan, "selamat ulang tahun, semoga berbahagia dan berkah sepanjang  masa." ditambah dengan smiley.

Aku menganggap perasaan itu.

"Kamu harus bahagia," katanya dulu. Suatu waktu yang aku bahkan tidak ingat kapan tepatnya.
"Iya, aku bahagia," kataku.
"Bohong," selanya. Aku bisa merasakan nadanya saat mengucapkan itu. Tapi aku tidak tersudut.
"Iya. Kamu mungkin tidak melihatku bahagia, tapi aku merasa cukup dengan ini saat ini," tegasku.

Dia diam sejenak.

"Maaf..." lirihnya.
"Maaf untuk apa?" kejarku. Dia memang harus dikejar.Dia memang layak dikejar.
"Maaf karena aku mencintaimu," katanya lagi.

Shit!

Dia sudah punya kekasih.

Tapi aku ingin mendengarnya mengucapkan kalimat itu lagi.

"Tapi kamu sudah punya pacar," kataku gemetar. Ah, aku benci diriku yang mudah terharu.
"Karena itulah, kamu harus bahagia," jawabnya.
"Aku tidak mau perempuan yang kucintai tidak bahagia. Seandainya aku bisa....." kalimatnya menggantung.
"Bisa apa?" Sudah kubilang dia layak dikejar. Maka kukejar ia agar  menyelesaikan kalimatnya.
"Bisa mendapatkan kamu juga...." nadanya melemah. Nadanya menyerah.

Aku tahu perasaannya.
Dan aku menganggap perasaan ini sama ada.

Seandainya....


*Menanti fajar.
Jumat, 12 Juli 2013

Selamat ulang tahun, Panda... :)


Wednesday, July 10, 2013

Serupa Tapi Tak Sama

Mirip dengan kalimat yang biasa dipakai untuk tebak beda gambar di koran atau majalah anak-anak ya.
Ramadan tahun lalu juga di tanah orang. Tahun-tahun sebelumnya juga. Dan kalau tidak salah hitung tahun ini adalah tahun kesembilan aku nggak ramadan di kampung halaman.
Serupa nasibnya. Tapi tentu beda rasanya. Kesannya.

Sedih iya sih. Kangen masa dulu tarawih sama Emak dan Bapak. Abang yang curi-curi kesempatan main kartu bergambar hero kayak power ranger dan lain-lain. Aku yang selalu di sisi Emak dalam shaf. Aku yang masih lapar pas tarawih padahal udah ngembat kolak. Kangen Bapak yang kadang kudengar ngasih tausiyah di langgar. Kangen suara bleduman (petasan dengan bambu besar) yang menggegerkan isi dada tiba-tiba.
Yah..masa kecil.
Sekarang udah gede. Nggak main-main kayak dulu.

Jadi orang dewasa menyenangkan, tapi susah dijalanin. «« iklan banget..hehe..

Demikian..
Tiap tahun, ramadan pasti punya cerita..
Semoga cerita tahun ini baik...happy ending...
Amiin..

Tuesday, July 9, 2013

Ajang Keren Kompetisi Nulis

Ajang bergengsi nggak cuma melulu nyanyi. Dengan modal tulisan kita juga bisa berdiri megang tropi sampai ke luar negeri.Contohnya ini, aku UWAW banget pas tau note temennya temen di Facebook tentang ajang nulis bergengsi. Kalau yang Rohto, aku udah pernah tahu sebelumnya. Dulu sempet pengen ikut, tapi ada syarat yang nggak bisa kupenuhi, bukti pembelian/struk produk Rohto. Nah, sekarang aku punya produknya, tapi nggak tahu tuh struk di mana. kebiasaan suka buang sampah..hihi..

Baiklah, ini aku bagi link infonya. Sila di-klik bagi yang udah kedip-kedip...

https://www.facebook.com/#!/notes/ai-el-afif-ii/3-lomba-cerpen-termewah-2013/379272322199068


Friday, June 28, 2013

Apakah Kalian Tahu?

Apakah orang mati berhenti bertambah umurnya?

Sebab pagi tadi dia datang lagi. Dengan senyuman. Dengan keakraban yang selalu dia tawarkan.

Dia mendewasa. Karena itulah aku bertanya pada kalian, apakah umur orang yang mati bertambah? Atau cukup berhenti di usia kematiannya?

Saban tahun kuucapkannya selamat ulang tahun.

Terima kasih, atas kehadiran yang bahkan tidak kuminta. Apakah dia tahu sesuatu ini bernama rindu?

Tuesday, June 11, 2013

Pada Halaman 287

Dear you..

Sebenarnya lucu. Tiba-tiba datang melalui pesan singkat untuk meminjam buku di perpustakaan dengan judul rekomendasi darimu. Lengkap dengan letak bukunya, seakan-akan kamu seorang pustakawan di sana.

Kenapa? Tanyaku.

Kamu jawab, "aku sengaja menaruh buku itu di tempat rahasia."

Dear you..
Beberapa saat aku berpikir, kenapa harus aku?

Katamu, "karena kamu suka membaca."

Tahu dari mana?
Kamu jawab, "aku selalu mengamatimu."

Begitukah?
Lalu siapa kamu sebenarnya?
Bagaimana caramu tahu tentang aku?
Kita bicara seolah-olah kita pernah bertemu dan berteman lama.
Aku merasa kita sudah dekat. Entahlah.
Bagaimana caramu melakukannya?
Penyihirkah kamu?

Dear you..
Coba tebak apakah aku akan melakukan saranmu, meminjam buku di perpustakaan itu?

Lalu jawabmu, "aku percaya kamu akan melakukannya. Kita akan bertemu di sana. Di halaman 287."

Saturday, June 8, 2013

Dari Obrolan Malam Minggu di Warung Makan

Usai memesan makanan, aku duduk memunggungi meja. Dan dari seberang meja sana, terdengar suara seorang pria bicara melalui telepon selular.
"Kamu tuh kenapa sih, marah..."
"Yang egois itu bunda, bukan ayah. Ya udah ngobrol aja sama orang lain."

*terdengar hp diletakkan kasar di atas meja*

Wah, ada yang ngambek di sana dan di sini lagi kesel. Padahal ini malam minggu. Malam bersenang-senang. Malam panjang.

*tiba-tiba hp-nya berdering lagi*

"Apa lagi?" katanya di corong telepon.

Nadanya meninggi dari yang tadi. Aku meneguk ludah. Ngeri juga orang ini.

"Kamu tuh ya, di sini halo halo di sana ngomong sama siapa. Ya udah mending ngomong sama orang lain dulu."

Klik.

Percakapan usai. Pesananku juga selesai dibuat. Aku pulang setelah membayar.

Saat akan meninggalkan area warung makan, sempat kulirik wajah pria tadi. Kutinggalkan senyum di dua matanya. Kasian, dia tampak kesal sekali. Entah perkara apa di antara mereka, di antara pasangan yang aku taksir belum menikah, masih pacaran, di antara panggilan bunda dan ayah. Uhuk.

Gak mau ambil pusing, aku buru-buru pergi sambil berpikiran, "cocok juga untuk bahan tulisan malam minggu kali ini." Eheh.

Dear...
Pacaran itu buat apa? Kalau untuk penjajakan pra menikah ya nggak apa-apa. Pacaran untuk rencana masa depan, hidup dengan teman sejati sampai mati.
Menurut hematku, antar pasangan setidaknya ngerti gimana cara "menjinakkan" amarah dari pasangannya. Kan katanya saling kenal, saling sayang. Kalau belum tau, cari tau. Kalau aku, marah, kesel, diam aja (lah malah curhat), ppfftt...

Marah-marahan dalam hubungan apapun itu nggak enak. Makan jadi kurang berselera. Tidur pun kadang nggak nyenyak karena kepikiran "salah apa" dan gimana nyelesaiin masalah.

Baiklah, ini malam minggu. Yang lagi ngambekan, yuk baikan. Ini malam panjang, malam senang-senang.



*Malam minggu. Adu kedip dengan kursor. Tulisan ini disponsori oleh sebungkus kerupuk*

Saturday, June 1, 2013

Sebuah Puisi Malam Minggu

Jadi beginilah sekarang aku
Karena
kembang-kembang para layu diserbu kumbang madu
Jadi beginilah aku
Merangkai puisi untuk dijual di malam minggu

Siapa mau beli?
Hubungi aku
Sebelum lewat malam dan waktu membunuhku


*malam minggu di desa Tajer Mulya, Long Ikis, Paser

Tuesday, May 21, 2013

Persembahan untuk Indonesia (Harkitnas 2013)

Lihat http://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita-2252-generasi-muda-harus-jadi-pejuang-dan-petarung-tangguh---.html


MENEMUKAN YANG HILANG

Adam
Aku masih menggeliat di atas kasur ketika cahaya matahari masuk lewat celah ventilasi jendela kamar dan menerpa wajah. Membuka mata dan menumbukkannya ke arah jam weker kecil di atas meja kecil di samping ranjang. Hm, pukul 6:05 Wita. Aku menggeliat sekali lagi, melemaskan otot-otot sambil menguap lebar, menuntaskan kantuk. Aku lantas duduk di tepi ranjang sambil menggosok-nggosokkan dua telapak tangan ke wajah, menyempurnakan kesadaran.
“Kepada bapak ibu, semua warga RT 19 harap segera menuju titik awal kerja bakti. Silakan bawa perlatan masing-masing, boleh cangkul, sabit, atau sapu lidi.”
Aku mendengar suara itu. Suara laki-laki yang dilantangkan lewat pengeras suara, berasal dari arah masjid. Aku mengernyitkan dahi. Tadi ketika tidur, aku juga seperti mendengar suara semacam itu. Kukira sekarang pun aku sedang bermimpi. Kutepuk paha kanan, jangan-jangan aku belum bangun sungguhan. Tidak, aku tidak sedang bermimpi. Barangkali suara itulah yang sampai ke dalam mimpiku, membangunkanku.

**
Dimas
Kembali kuhitung jumlah orang yang ada di depanku. Tidak lebih dari sepuluh jumlahnya. Tanpa sadar aku mendesah. Rasanya jumlah orang di daerah sini lebih banyak dari yang ada di depanku sekarang. Ke mana yang lain?

Sunday, May 12, 2013

Who Are You? Penelusuran Potensi Diri dari Fakultas Psikologi Untag, Samarinda (Catatan Ringan Acara Tadi)


Selamat sore……

Tadi pagi hingga siang aku menghadiri acara Penelusuran Potensi Diri garapan Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Samarinda. Sudah jadi kebiasaan mencatat beberapa hal isi materi di buku, dan syukur-syukur dapat beberapa poin penting. Itulah yang akan aku bagikan ke teman-teman. Semoga bermanfaat ya……

Dekan Fakultas Psikologi Untag, Samarinda, sebelum membuka secara resmi acara tadi, sempat membeberkan bidang-bidang psikologi khusus. Diantaranya; 
Psikologi konseling & khusus
Psikologi perkembangan
 Psikologi eksperimen
Psikologi sosial
Psikologi kesehatan
Psikologi komunitas
Psikologi sekolah & pendidikan
 Psikologi industri
Psikologi lingkungan
1 Psikologi forensik
1 Psikologi politik, dan
1  Psikologi lintas budaya

Pemateri selanjutnya, Hari Sumitro, S.T., S. Psi membahas tentang Psikologi Industri dan Organisasi.


Ia mengatakan bahwa ketika di dunia kerja, yang lebih dibutuhkan adalah soft skill ketimbang hard skill.
Soft skill dengan kisaran kebutuhan di dunia kerja mencapai 65-80% itu di antaranya:
1.      Kerjasama tim
2.      Leadership
3.      Komunikasi & negosiasi
4.      Kreativitas
5.      Intra/entrepeneurship
6.      Pantang menyerah
7.      Kejujuran/integritas
8.      Problem solving
Sementara hard skill berupa kemampuan akademis, pengetahuan dasar dan umum serta logika dikisarkan hanya 20-35%.
Peluang bidang kerja bagi dunia psikologi dapat berupa sebagai HRD/personalia, trainer/motivator, entrepeneurship, dosen/peneliti, konsultan SDM, atau bekerja di instansi pemerintah/militer/olahraga.
Pada acara puncak, Evi Kurniasari P. S.Psi., M. Psi, Psikolog memandu para peserta tes potensi diri. Seperti inilah Myers Briggs Type Indicator (MBTI) yang harus dipilih berdasarkan masing-masing diri individu peserta secara spontan.
 
Usai tes, ia menjabarkan tentang empat kutub MBTI seperti ini.

 
Dari perhitungan poin tes tadi, kita bisa melihat kecenderungan masing-masing diri seperti apa. Misalnya dalam hal energi. Orang bertipe eksternal, akan justru mendapat energi dari aktivitas, orang-orang, benda, dan hal-hal lain di luar dirinya. Ekspresif sehingga mudah dikenali, wawasannya luas tetapi dangkal. Mereka punya banyak kenalan tetapi hanya sedikit sahabat yang mereka miliki.
Sebaliknya, orang bertipe internal, ia mendapat energi justru dari refleksi, perasaa, dan ide-ide dalam dirinya. Mereka berpikir sebelum bertindak. Ekspresinya tidak terlihat. Wawasannya sedikit tetapi ia sangat fokus dengan apa yang dipelajarinya. Bertipe setia.
Adapun saat menerima informasi  berkecenderungan sensing, mereka akan berfokus pada informasi yang didapatnya melalui panca indera serta pada penerapan praktisnya. Sensing memandang intuition sebagai pemimpi, tidak praktis, dan terlalu mengada-ngada. Intuition bergerak sesuai kekuatan intuisinya. Mereka memandang sensing sebagai orang yang tidak visioner dan kurang optimis.
Dalam hal membuat keputusan apakah cenderung memakai perasaan (feeling), atau logika (thinking)? Secara jelas, bagi yang membuat keputusan kecenderungannya berdasarkan feeling, disarankan untuk tidak mengambil jalur pendidikan hukum.
Apakah dalam memanajemen hidup lebih bergaya judging atau perceiving?
Orang dengan kecenderungan tipe judging biasanya suka bergaya hidup tegas, terencana, teratur. Mereka menganggap sesuatu yang terjadi di luar rencana adalah sebuah masalah. Karenanya, mereka bergerak sesuai target, perfeksionis. Sementara orang berkecenderungan perceiving, fleksibel. Gaya hidupnya spontan, mudah menyesuaikan diri dengan perubahan. Sesuatu yang terjadi di luar rencana mereka anggap sebagai sebuah tantangan. Selain itu, mereka menikmati apa saja yang terjadi (mengalir).
Dari beberapa kecenderungan itu, ada beberapa hasil yang bisa dijadikan cermin, siapa seseungguhnya kita.
1.      ISTJ (artinya orang ini berkecenderungan Internal, Sensing, Thinking, Judging) = melakukan apa yang harus dilakukan.
2.      ISFJ (artinya orang ini berkecenderungan Internal, Sensing, Feeling, Judging) = menganggap penting tugasnya. Biasanya multitasking.
3.      ISTP (berkecenderungan Internal, Sensing, Thinking, Perceiving) = senang melakukan pemecahan masalah.
4.      ISFP (berkecenderungan Internal, Sensing, Feeling, Preceiving) = saling menghargai dalam kehidupan.
5.      INFJ (berkecenderungan Internal, Intuition, Feeling, Judging) = menjadi inspirasi orang lain.
6.      INTJ (berkecenderungan Internal, Intuition, Thinking, Judging) = mereka menganggap segala sesuatu memiliki kesempatan untuk berkembang.
7.      INFP (berkecenderungan Internal, Intuition, Feeling, Perceiving) = mereka melayani dan menolong orang lain.
8.      INTP (berkecenderungan Internal, Intuition, Thinking, Perceiving) = senang mempelajari segala hal.
9.      ESTP (berkecenderungan Eksternal, Sensing, Thinking, Perceiving) = realis mutlak.
10.  ESFP (berkecenderungan Eskternal, Sensing, Feeling, Preceiving) = punya slogan kita hidup hanya sekali saja. Memanfaatkan waktu sekali itu dengan sebaiknya.
11.  ENFP (berkecenderungan Eksternal, intuition, Feeling, Perceiving) = punya slogan bikin hidup lebih hidup.
12.  ENTP (berkecenderungan Eskternal, Intuition, Thinking, Perceiving) = gemar berpindah dari satu tantangan ke tantangan lain.
13.  ESTJ (berkecenderungan Eksternal, Sensing, Thinking, Judging) = pengelola kehidupan.
14.  ESFJ (berkecenderungan Eksternal, Sensing, Feeling, Judging) = mereka tipe teman bagi kehidupan.
15.  ENFJ (berkecenderungan Eskternal, Intuition, Feeling, Judging) = punya potensi meyakinkan orang dengan berbicara.
16.  ENTJ (berkecenderungan Eksternal, Intuition, Thinking, Judging) =  pemimpin alamiah. Bakat-bakat kepemimpinan terlihat menonjol.

Saturday, May 11, 2013

Pulang, Jalan ke Pelukan

Kapan pulang?

Duduk aku di atap menatap layar pekat
Sayang tak ada bintang di malam Minggu
Sayangnya tidak ada kamu

Kapan pulang?
Kuharap kau tak lupa jalan
Menuju pelukan


-ditujukan kepada tanpa nama tersebutkan-

Thursday, May 9, 2013

Cerita Senja

"Katamu, senja adalah pertanda pulang. Pulang ke mana gerangan? Adakah kau tahu di mana rumahnya?"

Suatu kali seorang kawan bertanya padaku, "kenapa banyak orang menggilai senja? Kuperhatikan puisi-puisi yang kau buat pun banyak bicara tentang senja. Apa yang membuat senja begitu istimewa di matamu? Kenapa tidak buat puisi tentang tengah hari, atau ketika pagi, begitu?"

Aku menyimak kata per katanya sambil tersenyum.

Entahlah, aku juga heran kenapa banyak orang menyukai senja. Mungkin karena cahaya jingganya? Ataukah ada cerita bahagia di kala senja dengan orang tercinta? Bagiku, senja seperti pengingat waktu untuk pulang. Kembali. Bukankah hari adalah perputaran masa? Dari pagi, siang, malam, kembali pagi, dan seterusnya sampai semua yang ada di dunia berhenti berputar bila tiba waktunya.

Kau tahu di mana tempat kita kembali? Kamu kan sudah kembali. Aku berharap kamu bisa menceritakan bagaimana tempat itu. Tapi kemudian aku tahu itu rahasia. Aku tak boleh tahu. Baiklah... Aku akan menjadikan senja pengingat waktu kembali, mengingat kamu. Lagi.

Thursday, April 25, 2013

Sejam Bersama Zanet. Kilas Balik April 2012

Dari tempatku duduk sejam terakhir ini kuamati

Kaca-kaca jendela dihujani

Kata Zanet, aku tak boleh main hujan lagi

"Nanti sakit..."



Sejam dari tempatku duduk memperhatikan

Rumah dan lampu jalanan mengganda di jalan raya

Yang tergenang

Yang berlinang

Dari tempatku duduk hampir satu jam

Aku memikirkanmu
Cintaku
Karam di perjalanan hilir
Tiada sampai ke hulu
...
*di jendela hujan senja bersamanya. Peqika 2012

Thursday, April 18, 2013

Cerita Pendek Pertama di Media Cetak


*ditulis sesuai mulanya. dimuat di Kaltim Post, 26 Juni 2011

Selamat membaca.... :)

DUA CINCIN DESWITA
oleh Hesti Daisy
 
Masih pukul 06:30 WITA. Pagi mengisyaratkan sepertinya sepanjang hari nanti akan sangat cerah. Geliat aktifitas perkotaan di weekand seperti ini memang hanya sedikit. Tidak seperti hari-hari kerja dimana pada waktu seperti ini jalanan sudah ramai lalu lalang kendaraan dan pemakai jalan. Jalanan dan sepanjang trotoar Ahad seperti ini biasanya dimanfaatkan oleh gerombolan remaja dan anak-anak yang jogging sambil tertawa-tawa.
 Di dalam kamar bercat biru langit sebuah hunian mewah, Deswita sedang mematut diri setengah meter di depan cermin riasnya. Merapikan  t-shirt berpadu celana jeans yang dipakainya. Rambutnya hanya dikuncir ekor kuda. Beberapa saat ia tersenyum kemudian maju beberapa langkah, lebih dekat dengan cermin. Sesaat ia merasa sudah tak lagi muda meskipun teman-temannya mengatakan ia masih tetap segar dan cantik layaknya gadis 18 tahunan.
“Alaaah..biar sudah berumur kau itu tetap cantik, Des. Tak berdandan pun sudah terlihat menarik. Auramu itu lho,” komentar Reta sahabat sekaligus teman kantornya ketika Deswita iseng bertanya apakah ia terlihat tua.
“Ah, kau bercanda. Aku ini sudah tua,” kata Deswita mempertahankan penilaian dirinya sendiri.
“Ya sudah, yang menilai kamu seperti apa kan orang lain. Tapi kalau kamu terus menanamkan penilaian seperti itu kepada dirimu sendiri, jelas saja kau akan cepat tua,” cetus Reta, mulai gemas dengan Deswita.
“Aduuh, Nona manis jangan merajuk, dong. Iya, iya, aku masih muda kok meski sudah 26 tahun aku hidup di dunia. Haha..” seru Deswita sambil tertawa, menepuk-nepuk paha Reta yang duduk di sampingnya. Reta merengut kesal.

Friday, April 12, 2013

Dear You......



Aku menjaga perasaanmu, perasaanmu pada dia. Dan kamu tak perlu menjaga perasaanmu untukku. Aku cukupkan bahagiaku. Tak ada yang perlu dikhawatirkan…

Kau tahu, aku selalu merasakan gelombang cinta saat kamu bicara tentang dia, sekesal apapun nada bicaramu. Dengar, jadilah teman hidupnya yang setia, melindunginya…

Membebat luka adalah keahlianku yang kudapat dari latihan sejak lama, sejak aku mengenalmu dan kamu lebih mengenalnya. Aku hanya tersenyum setiap kali meraba luka, berharap senyumlah obat termujarab…

Aku percaya pada harapan, karenanya aku tak mengapa bahkan bila harus kecewa. Hidup terus berjalan kendati aku dan kamu tak menyatu nyata…

Aku akan di sini sementara. Turut merayakan kebahagiaanmu. Aku akan pergi bila aku sudah merasa cukup tangguh melawan pertanyaan waktu dan orang-orang sekelilingku.

Tetapi sebelum itu, ada hal yang harus kamu tahu, bahwa sejauh apapun aku pergi, sedekat lalu kamu di hati.


 *Wolter Monginsidi, 12 April 2013
23:12 Wita
 

 

Sunday, March 31, 2013

Kota(K)ata untuk Samarinda Under Attack 2013


KOTA DALAM KATA
--Hesti Daisy

Saya berada di Samarinda sejak 2009 silam. Sampai tulisan ini diselesaikan, saya masih berstatus sebagai seseorang yang numpang hidup di Samarinda untuk menyelesaikan studi di Universitas Mulawarman. Silakan bayangkan bagaimana kali pertama saya tiba di sini, datang dari sebuah desa kecil di Long Ikis, Kabupaten Paser. Melihat tepi-tepi jalan penuh baliho macam-macam ukuran dan pesan serta kendaraan padat lalu lalang, rasanya memang beda sekali keadaannya. Saya harus beradaptasi.

Rasanya terlalu angkuh jika saya berkata saya sangat tahu seluk beluk kota ini. Pengetahuan saya tentu tidak sebanding dengan pengetahuan teman-teman yang memang lahir dan besar di sini. Saya menyerah jika diajak ngobrol soal politik, hukum, ataupun tata kota. Bukan karena saya skeptis atau tidak kritis tentang itu, tetapi pemikiran saya rasanya tidak bisa sejauh itu. Terlalu rumit rasanya. Saya khawatir tidak bisa menyodorkan solusi yang tepat guna sebagai penyerta kritikan-kritikan.

Setiap orang tentu punya penilaian tersendiri tentang kondisi kota ini. Di jejaring sosial saya kerap menjumpai lebih banyak keluhan-keluhan dari teman-teman tentang apa yang terjadi (terlebih kalau soal banjir, hehe) dibanding kebanggaan berada di sini, dan itu manusiawi. Sekali lagi saya tidak berhak menghakimi penilaian mereka. Saya justru berpikir dengan adanya suara-suara seperti itu, berarti masih ada kepedulian terhadap kota ini. Pertanyaannya adalah, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan?

Saturday, March 30, 2013

Suatu Pagi

Di latar pagi
Di antara sepi
Elegi tinggal kukemasi
Siapa yang mau dahulu pergi
Singgah sejenak meletakkan penat
Di perjamuan hati merapat


Wolter Monginsidi, 31 Maret 2013

Semalam Di Kaltim Fair 2013

Aku selalu suka datang ke tempat keramaian. Alasannya macam-macam. Biasanya sih aku senang karena bisa liat wajah-wajah baru. Siapa tau ada kembaranku? Hehe

Semalam aku ada di Kaltim Fair 2013 di Hotel Atlet Sempaja Samarinda. Sebuah agenda tahunan yang menyediakan pameran dari masing-masing kabupaten kota regional sampai luar daerah, buktinya ada stan dari Jawa Barat segala :). Beberapa kabupaten dari Kaltara juga turut serta. Sayangnya stan Paser sepi, bo! Entah barang-barangnya udah laku duluan di hari pertama dan kedua atau gimana aku kurang tau. Sedih? Iya lah.

Untuk pengadaan Kaltim Fair selanjutnya sih kuharapin bisa labih semarak lagi. Semarak acaranya, semarak pengunjungnya, semarak aman dan bersihnya. Amin.

Sunday, March 24, 2013

Mata Hari Hati

Suatu pagi
Ketika kehidupan masih menggeliat
Sadar bangun atau entah terusik tidur malam

Aku membuka segala jendela
Juga pintu rumah kayu
Mencari-cari matahari
Kata buku ia datang dari arah timur sana

Ma,
Sulit sekali
Aku pikir aku tak cukup tinggi
Untuk melihatnya muncul di lazuardi pagi

Pa,
Cakar-cakar beton ini begitu tinggi
Merobek penglihatanku pada matahari pagi
Menghalangi mata hati melihat kami
Yang kerdil
Mengecil
Terkucil

Ma, Pa
Aku juga mau rumah kayu kita tinggi
Tidak buat melukai langit
Tetapi cuma buat melihat matahari pagi
Tetapi cuma untuk memperlihatkan mata hati

Melihat kami
Kami melihat

Sunday, March 17, 2013

Di 2:48 AM

Terbangun dini hari begini karena di dalam tidur aku melihatnya. Resede? Iya, dan aku masih merahasiakan sosoknya pada kalian semua, hehe... Satu hal, aku bermimpi dan melihat diriku hidup dengan pakaian yang sama yang kukenakan sebelum tidur, dan ini baru terjadi kali ini rasanya. Dalam tidur aku dibawa ke sebuah tempat, bermain kembang kapas-kapas dan aku juga bisa melihat mawar menggantung saat mulai mekar. Indah sekali. Tetapi kenapa kemudian aku gelisah dan tiba-tiba terbangun?

Apakah tidurmu semalam nyenyak? Mimpi indah? Atau sebaliknya? Kalian bisa kok cerita ke aku. :)

Pukulan besi tiga kali dari poskamling gang sebelah menandakan saat ini pukul 3 dini hari. Aku bersyukur masih bisa hidup. Berkeadaan cukup dan bahagia.

Hmm, jadi yang di atas itu tulisan rada nglantur binti ngawur. Yang nulis baru bangun tidur.

Selamat menjalani dan menikmati hari. :)

Wednesday, March 6, 2013

Abaikan Demi Baikan

Judulnya sama dengan siulanku di Twitter baru saja, sebelum akhirnya memposting tulisan ini lewat telepon genggam (Oh, mudahan akur sama sinyal)

Tanya kenapa?
Kadang aku tiba-tiba pingin bermain huruf. Kalau aku boleh sok nginggris, aku nyebutnya lettersplay, haha..

Abaikan demi baikan.
Fokuskan ke kata pertama dan ketiga. Tidak sulit, hanya memindahtempatkan satu huruf ke tempat lain. Aku pikir ini satu latihan kecil untuk bermain anagram (kalau pernah nonton The Davinci Code mudah-mudahan nemu anagram itu bagaimana).

Abaikan demi baikan.
Kalau dirunut dan diserempet-serempetkan dengan hal kehidupan sih banyak. Contohnya, kita kadang sangat perlu mengabaikan sesuatu (atau seseorang) yang mengganggu tatanan hidup kita. Ya apa lagi kalau bukan demi kebaikan kita. Bukan berarti keras kepala, tapi pasti ada saatnya kita akan berbuat skeptis.

Contoh lain dalam hubungan berpasangan, cowok sama cewek. Kan sering tuh si cewek tiba-tiba ngambek, uring-uringan, sampe mogok makan. Ditanya kenapa, gak ngasih tau. Nah, yang begini juga bisa diabaikan. *ditimpukin cewek-cewek*

Sstt..bukan berarti nggak sayang dan perhatian, tapi kan si cowok bukan malaikat yang tau segalanya tentang pasangannya. Di depan dia abaikan, tapi si cowok harus tetap memonitor dong dari jauh. Nanti juga si cewek klepek-klepek sendiri karena mogok makan sampe cungkring. Lagipula, emang dia betah diem-dieman sama kamu? Cieee.. Suit suiiiwwwwew

Udah ya, semoga terposting dengan sentosa.

Bubay!

Tuesday, March 5, 2013

Bla bla bla...

Ideal.

Kata itu kutafsirkan seperti kata "seharusnya". Apakah semua yang ada di dunia ini telah ditetapkan "nilainya"?

Idealnya pemerintah begini, bla bla bla...
Idealnya seorang pria begini, bla bla..
Idealnya seorang perempuan begini lho, bla bla bla..
Idealnya seorang pemimpin bersikap bla bla bla..

Kenapa bagi kita sedikit sulit mengatakan "baiknya"?
"Idealnya" itu kayak bikin aku mikir keras apapun yang aku lakukan salah. Kayak merugikan sekitar.

Baiknya kamu begini lho, Hes..
Baiknya mereka berbuat ini, bla bla..

Baiknya... Ya, sepertinya kata ini tidak menekan, tidak mencekam, tidak menuntut keras dan tidak terkesan mendiskreditkan hal-hal yang kita sukai (kendati itu kita sadari kurang benar di mata orang lain).
"Baiknya" adalah sebuah saran, nasihat.

Aku pikir menasihati seseorang itu baik, tentu saja dengan cara yang baik pula.

Tertanda,

Aku yang rindu nasihatmu

Tuesday, February 19, 2013

Yang Tertunda

 
 (Anggaplah kalian membaca saat malam tanggal 19 Februari 2012)


Aku tahu ini yang ditunggu-tunggu. Harap-harap cemas selama berpekan-pekan sampai pernah obral omongan di-PHP-in pihak Prodi, akhirnya siang tadi mereka ngasih jawaban. Iya, itu “jwaban surat cinta” yang dinanti-nanti manusia empat kelas bahasa Indonesia. Kemarin memang Chuang bilang besok (hari ini, red) Kaprodi bakal nempel pengumuman proposal judul skripsi, tapi karena khawatir belum pasti, jadi hal itu nggak dijarkomkan ke teman-teman, hanya hal pengumpulan KHS semester terakhir yang disebarkan melalui jarkom.

Sampai sore hari aku belum ke kampus sebab siang ketika dapat SMS dari Chuang dan Hera, aku baru nyampe kos dari melalang buana di kampus Gunung Kelua. Capek. Setelah menjarkom beberapa teman dan menjawab satu-satu pertanyaan terkait isi pengumuman itu (please Ade, kalo lu baca ini lu akan tahu betapa aku bĂȘte nanggepin pertanyaan nggak bermutumu. Ahah! :D), aku tidur siang. Sekitar pukul 15.30 Wita ketika itu. Aku baru bangun ketika sekitar pukul 17.00 (lama ya tidur siangku, ahah), dan kudapati pesan dari Tata melalui WhatsApp Messenger.
Hes, km ditolak
Begitu yang dia sampaikan.

OH! 

Waktu itu aku ngerasa nyawaku terkumpul lebih cepat dari saat bangun tidur biasanya.
Aku membalas
Hee
Kemudian dia mengirimiku foto
Koleksi Pribadi


Aku langsung bangkit.
“Aaaaa….si Tata frontal banget ngasih taunya…..”
Isti yang asyik nonton hanya tertawa. Dia belum tahu nasibnya rupanya.

Aku langsung ngacir ke kamar mandi. Sambil mandi, aku merenungi masa-masa dulu ketika pra pengumpulan kolektif proposal judul itu. Memang saat itu aku seperti “belum siap” (atau gugup?) dengan skripsi.Sindrom amahasiswa TA, mungkin. Ah, berkilah melulu, ahah.

Usai mandi, aku berdandan seadanya kemudian pergi ke kampus demi melihat kenyataan dengan mata kepala sendiri. Sampai di sana, kenyataan itu benar-benar ada dan sedikit terasa pahit. Tapi aku tidak sendiri. Ada bahkan yang lebih parah, namanya tidak tercantum di daftar itu karena berkasnya entah tercecer di mana (termasuk Isti yang tadi di kos ngetawain nasib ditolakku, ahah!). Usai mendokumentasikan daftar, aku mampir di basecamp Himabastra, duduk dan ngobrol sebentar dengan Theo dan Cong, dua orang yang menasihatiku untuk pantang mundur karena ditolak. Iya, masih ada sepekan setelah ini untuk menyodorkan proposal. Atau kalau tidak begitu, tunggu kloter pengajuan selanjutnya, entah berapa lama lagi setelah ini.

Jadi, PR-ku saat ini adalah mencari yang baru. Ibarat dalam sebuah hubungan dua anak manusia dalam asmara, habis putus atau ditolak, jangan ragu untuk lanjut ngelaba! Yeaah…

Tuhan sedang merencanakan sesuatu (yang Insya Allah berkah) untukku dan yang belum beruntung sepertiku. Semua saling mendoakan yaa….

Spesial buat Emil yang tadi sempat menggalau (sampai nangis!), ini bukan akhir dari segalanya kok. Aku juga sedang menghibur diri sendiri. Ayayaii.. Semangat untuk diri dan  Indonesia lebih baik!





Bakar, bakar!!!