Sunday, March 31, 2013

Kota(K)ata untuk Samarinda Under Attack 2013


KOTA DALAM KATA
--Hesti Daisy

Saya berada di Samarinda sejak 2009 silam. Sampai tulisan ini diselesaikan, saya masih berstatus sebagai seseorang yang numpang hidup di Samarinda untuk menyelesaikan studi di Universitas Mulawarman. Silakan bayangkan bagaimana kali pertama saya tiba di sini, datang dari sebuah desa kecil di Long Ikis, Kabupaten Paser. Melihat tepi-tepi jalan penuh baliho macam-macam ukuran dan pesan serta kendaraan padat lalu lalang, rasanya memang beda sekali keadaannya. Saya harus beradaptasi.

Rasanya terlalu angkuh jika saya berkata saya sangat tahu seluk beluk kota ini. Pengetahuan saya tentu tidak sebanding dengan pengetahuan teman-teman yang memang lahir dan besar di sini. Saya menyerah jika diajak ngobrol soal politik, hukum, ataupun tata kota. Bukan karena saya skeptis atau tidak kritis tentang itu, tetapi pemikiran saya rasanya tidak bisa sejauh itu. Terlalu rumit rasanya. Saya khawatir tidak bisa menyodorkan solusi yang tepat guna sebagai penyerta kritikan-kritikan.

Setiap orang tentu punya penilaian tersendiri tentang kondisi kota ini. Di jejaring sosial saya kerap menjumpai lebih banyak keluhan-keluhan dari teman-teman tentang apa yang terjadi (terlebih kalau soal banjir, hehe) dibanding kebanggaan berada di sini, dan itu manusiawi. Sekali lagi saya tidak berhak menghakimi penilaian mereka. Saya justru berpikir dengan adanya suara-suara seperti itu, berarti masih ada kepedulian terhadap kota ini. Pertanyaannya adalah, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan?

Saturday, March 30, 2013

Suatu Pagi

Di latar pagi
Di antara sepi
Elegi tinggal kukemasi
Siapa yang mau dahulu pergi
Singgah sejenak meletakkan penat
Di perjamuan hati merapat


Wolter Monginsidi, 31 Maret 2013

Semalam Di Kaltim Fair 2013

Aku selalu suka datang ke tempat keramaian. Alasannya macam-macam. Biasanya sih aku senang karena bisa liat wajah-wajah baru. Siapa tau ada kembaranku? Hehe

Semalam aku ada di Kaltim Fair 2013 di Hotel Atlet Sempaja Samarinda. Sebuah agenda tahunan yang menyediakan pameran dari masing-masing kabupaten kota regional sampai luar daerah, buktinya ada stan dari Jawa Barat segala :). Beberapa kabupaten dari Kaltara juga turut serta. Sayangnya stan Paser sepi, bo! Entah barang-barangnya udah laku duluan di hari pertama dan kedua atau gimana aku kurang tau. Sedih? Iya lah.

Untuk pengadaan Kaltim Fair selanjutnya sih kuharapin bisa labih semarak lagi. Semarak acaranya, semarak pengunjungnya, semarak aman dan bersihnya. Amin.

Sunday, March 24, 2013

Mata Hari Hati

Suatu pagi
Ketika kehidupan masih menggeliat
Sadar bangun atau entah terusik tidur malam

Aku membuka segala jendela
Juga pintu rumah kayu
Mencari-cari matahari
Kata buku ia datang dari arah timur sana

Ma,
Sulit sekali
Aku pikir aku tak cukup tinggi
Untuk melihatnya muncul di lazuardi pagi

Pa,
Cakar-cakar beton ini begitu tinggi
Merobek penglihatanku pada matahari pagi
Menghalangi mata hati melihat kami
Yang kerdil
Mengecil
Terkucil

Ma, Pa
Aku juga mau rumah kayu kita tinggi
Tidak buat melukai langit
Tetapi cuma buat melihat matahari pagi
Tetapi cuma untuk memperlihatkan mata hati

Melihat kami
Kami melihat

Sunday, March 17, 2013

Di 2:48 AM

Terbangun dini hari begini karena di dalam tidur aku melihatnya. Resede? Iya, dan aku masih merahasiakan sosoknya pada kalian semua, hehe... Satu hal, aku bermimpi dan melihat diriku hidup dengan pakaian yang sama yang kukenakan sebelum tidur, dan ini baru terjadi kali ini rasanya. Dalam tidur aku dibawa ke sebuah tempat, bermain kembang kapas-kapas dan aku juga bisa melihat mawar menggantung saat mulai mekar. Indah sekali. Tetapi kenapa kemudian aku gelisah dan tiba-tiba terbangun?

Apakah tidurmu semalam nyenyak? Mimpi indah? Atau sebaliknya? Kalian bisa kok cerita ke aku. :)

Pukulan besi tiga kali dari poskamling gang sebelah menandakan saat ini pukul 3 dini hari. Aku bersyukur masih bisa hidup. Berkeadaan cukup dan bahagia.

Hmm, jadi yang di atas itu tulisan rada nglantur binti ngawur. Yang nulis baru bangun tidur.

Selamat menjalani dan menikmati hari. :)

Wednesday, March 6, 2013

Abaikan Demi Baikan

Judulnya sama dengan siulanku di Twitter baru saja, sebelum akhirnya memposting tulisan ini lewat telepon genggam (Oh, mudahan akur sama sinyal)

Tanya kenapa?
Kadang aku tiba-tiba pingin bermain huruf. Kalau aku boleh sok nginggris, aku nyebutnya lettersplay, haha..

Abaikan demi baikan.
Fokuskan ke kata pertama dan ketiga. Tidak sulit, hanya memindahtempatkan satu huruf ke tempat lain. Aku pikir ini satu latihan kecil untuk bermain anagram (kalau pernah nonton The Davinci Code mudah-mudahan nemu anagram itu bagaimana).

Abaikan demi baikan.
Kalau dirunut dan diserempet-serempetkan dengan hal kehidupan sih banyak. Contohnya, kita kadang sangat perlu mengabaikan sesuatu (atau seseorang) yang mengganggu tatanan hidup kita. Ya apa lagi kalau bukan demi kebaikan kita. Bukan berarti keras kepala, tapi pasti ada saatnya kita akan berbuat skeptis.

Contoh lain dalam hubungan berpasangan, cowok sama cewek. Kan sering tuh si cewek tiba-tiba ngambek, uring-uringan, sampe mogok makan. Ditanya kenapa, gak ngasih tau. Nah, yang begini juga bisa diabaikan. *ditimpukin cewek-cewek*

Sstt..bukan berarti nggak sayang dan perhatian, tapi kan si cowok bukan malaikat yang tau segalanya tentang pasangannya. Di depan dia abaikan, tapi si cowok harus tetap memonitor dong dari jauh. Nanti juga si cewek klepek-klepek sendiri karena mogok makan sampe cungkring. Lagipula, emang dia betah diem-dieman sama kamu? Cieee.. Suit suiiiwwwwew

Udah ya, semoga terposting dengan sentosa.

Bubay!

Tuesday, March 5, 2013

Bla bla bla...

Ideal.

Kata itu kutafsirkan seperti kata "seharusnya". Apakah semua yang ada di dunia ini telah ditetapkan "nilainya"?

Idealnya pemerintah begini, bla bla bla...
Idealnya seorang pria begini, bla bla..
Idealnya seorang perempuan begini lho, bla bla bla..
Idealnya seorang pemimpin bersikap bla bla bla..

Kenapa bagi kita sedikit sulit mengatakan "baiknya"?
"Idealnya" itu kayak bikin aku mikir keras apapun yang aku lakukan salah. Kayak merugikan sekitar.

Baiknya kamu begini lho, Hes..
Baiknya mereka berbuat ini, bla bla..

Baiknya... Ya, sepertinya kata ini tidak menekan, tidak mencekam, tidak menuntut keras dan tidak terkesan mendiskreditkan hal-hal yang kita sukai (kendati itu kita sadari kurang benar di mata orang lain).
"Baiknya" adalah sebuah saran, nasihat.

Aku pikir menasihati seseorang itu baik, tentu saja dengan cara yang baik pula.

Tertanda,

Aku yang rindu nasihatmu