Thursday, April 25, 2013

Sejam Bersama Zanet. Kilas Balik April 2012

Dari tempatku duduk sejam terakhir ini kuamati

Kaca-kaca jendela dihujani

Kata Zanet, aku tak boleh main hujan lagi

"Nanti sakit..."



Sejam dari tempatku duduk memperhatikan

Rumah dan lampu jalanan mengganda di jalan raya

Yang tergenang

Yang berlinang

Dari tempatku duduk hampir satu jam

Aku memikirkanmu
Cintaku
Karam di perjalanan hilir
Tiada sampai ke hulu
...
*di jendela hujan senja bersamanya. Peqika 2012

Thursday, April 18, 2013

Cerita Pendek Pertama di Media Cetak


*ditulis sesuai mulanya. dimuat di Kaltim Post, 26 Juni 2011

Selamat membaca.... :)

DUA CINCIN DESWITA
oleh Hesti Daisy
 
Masih pukul 06:30 WITA. Pagi mengisyaratkan sepertinya sepanjang hari nanti akan sangat cerah. Geliat aktifitas perkotaan di weekand seperti ini memang hanya sedikit. Tidak seperti hari-hari kerja dimana pada waktu seperti ini jalanan sudah ramai lalu lalang kendaraan dan pemakai jalan. Jalanan dan sepanjang trotoar Ahad seperti ini biasanya dimanfaatkan oleh gerombolan remaja dan anak-anak yang jogging sambil tertawa-tawa.
 Di dalam kamar bercat biru langit sebuah hunian mewah, Deswita sedang mematut diri setengah meter di depan cermin riasnya. Merapikan  t-shirt berpadu celana jeans yang dipakainya. Rambutnya hanya dikuncir ekor kuda. Beberapa saat ia tersenyum kemudian maju beberapa langkah, lebih dekat dengan cermin. Sesaat ia merasa sudah tak lagi muda meskipun teman-temannya mengatakan ia masih tetap segar dan cantik layaknya gadis 18 tahunan.
“Alaaah..biar sudah berumur kau itu tetap cantik, Des. Tak berdandan pun sudah terlihat menarik. Auramu itu lho,” komentar Reta sahabat sekaligus teman kantornya ketika Deswita iseng bertanya apakah ia terlihat tua.
“Ah, kau bercanda. Aku ini sudah tua,” kata Deswita mempertahankan penilaian dirinya sendiri.
“Ya sudah, yang menilai kamu seperti apa kan orang lain. Tapi kalau kamu terus menanamkan penilaian seperti itu kepada dirimu sendiri, jelas saja kau akan cepat tua,” cetus Reta, mulai gemas dengan Deswita.
“Aduuh, Nona manis jangan merajuk, dong. Iya, iya, aku masih muda kok meski sudah 26 tahun aku hidup di dunia. Haha..” seru Deswita sambil tertawa, menepuk-nepuk paha Reta yang duduk di sampingnya. Reta merengut kesal.

Friday, April 12, 2013

Dear You......



Aku menjaga perasaanmu, perasaanmu pada dia. Dan kamu tak perlu menjaga perasaanmu untukku. Aku cukupkan bahagiaku. Tak ada yang perlu dikhawatirkan…

Kau tahu, aku selalu merasakan gelombang cinta saat kamu bicara tentang dia, sekesal apapun nada bicaramu. Dengar, jadilah teman hidupnya yang setia, melindunginya…

Membebat luka adalah keahlianku yang kudapat dari latihan sejak lama, sejak aku mengenalmu dan kamu lebih mengenalnya. Aku hanya tersenyum setiap kali meraba luka, berharap senyumlah obat termujarab…

Aku percaya pada harapan, karenanya aku tak mengapa bahkan bila harus kecewa. Hidup terus berjalan kendati aku dan kamu tak menyatu nyata…

Aku akan di sini sementara. Turut merayakan kebahagiaanmu. Aku akan pergi bila aku sudah merasa cukup tangguh melawan pertanyaan waktu dan orang-orang sekelilingku.

Tetapi sebelum itu, ada hal yang harus kamu tahu, bahwa sejauh apapun aku pergi, sedekat lalu kamu di hati.


 *Wolter Monginsidi, 12 April 2013
23:12 Wita