Beberapa jam lalu diminta baca blognya Mbak Ellie tentang menikah. Hiye....dan aku bilang sama dia kalau aku suka sama kalimat terakhirnya "P.S.S: Apakah Anda tahu bahwa pertanyaan "kapan kawin?" termasuk tindakan bullying? Now, you know!"
Hahaha..
Soal menikah emang bahasan yang rada sensitif sih bagi beberapa perempuan. Jangankan kayak Mbak Ellie, aku yang kepala dua aja udah ribut dan ribet ditanyain beberapa orang di sekitarku.
Saturday, November 23, 2013
Friday, September 20, 2013
Untuk Kekasih Soreku
Tolong bacakan untuk dia, kekasih soreku...
Karenaaku akan bahagia jika dia tahu semuanya...
Kekasih soreku,
Apa kabar?
Masih ingat denganku?
Adalah pagi yang melenyapkan diri hanya untuk menemuimu
Aku berharap lenyapku bersama waktu tidak berlaku di hatimu
Kekasih soreku,
Aku tahu kamu juga akan pergi
Tetapi apakah kau akan membawa serta aku?
Tidak?
Ya?
Mengapa ragu-ragu begitu?
Sedari awal benih hati hari ditebar, aku tahu kita adalah ruang yang tak sama
Aku datang lebih awal dan kamu belakangan
Kekasih soreku,
Bisakah kau tidak menemui kekasih malammu?
Dan aku tak menemui kekasih siangku
Kekasih soreku,
Kitalah anak-anak waktu
Tempat matahari kehidupan terbit dan terbenam
Tidakkah kita terlahir istimewa?
tetapi mampukah kita melawan sang empu waktu?
Thursday, September 19, 2013
Tentang Rahasia
Suatu waktu ketika bangku kayu masih ada di sana
Di sudut halaman yang ditumbuhi rerumputan
Suatu waktu ketika embun dan pagi masih kerap berbicara
Dalam kata yang tak pernah mampu kita tahu
Kita tidak seperti pagi dan matahari yang pasti bertemu setiap hari
Bayangkanlah sesekali..
Tentang jika..
Yang sampai kapanpun menjadi rahasia
*Mahakam Square, 18 September 2013
Thursday, August 22, 2013
Kata Mahasiswa tentang Kos atau Kontrakannya
Kos atau kontrakan yang ideal itu yang gimana sih?
Hayoo.....
Kata Baim, kos ideal itu kos yang deket rumah ibadah. Penghuninya solid, bersahabat, bersih, terjaga keamanannya. Tambahnya kos-kosan itu punya peraturan yang jelas, misalnya pukul berapa harus tutup pagar, dan lain-lain.
Menurut Zani anak Fisipol Unmul, kos ideal itu harga bulannya murah, kamar mandi di dalam alias milik masing-masing kamar, jadi nggak pakai antre. Lokasinya deket sama kampus, nggak kena banjir kalau hujan deras.
Kalau Nisa sih kurang lebih aja sama kata temen-temen di atas, termasuk airnya lancar dan kamarnya lebar. Kalau bisa di dalam kamarnya ada peralatan masak (jadi bisa masak-masak), ibu kosnya ramah (jadi bisa nyaman meski telat bayar kosan! Ahah..)
Kalau buat aku, kos ideal itu yang kamar-kamarnya nyatu dengan rumah pemilik kosnya atau paling nggak deketan lah rumahnya dengan pemiliknya. Biar enak aja gitu kalau ada apa-apa, langsung lapor ke pemilik kos-kosa. Terus, buat aku, kos ideal itu yang punya ruang tamu, jadi kalau ada tamu nggak berdiri di luar. Terus juga punya garasi buat yang punya kendaraan. Biar aman aja gitu.
Kontrakan?
Lebih asyik lagi nih. Kita bisa ngejadiin kontrakan kita buat markas/beskem untuk ngejalanin usaha kalau ada sambilan jualan. Secara sistem bayarnya juga lebih murah. Aku pernah nanya satu rumah kontrakan di bilangan Swadaya akhir tahun lalu sekitar 11 atau 12 juta per tahun. Lumayan lho kalau bisa bawa massa untuk tinggal bareng. Temen bisa milih sendiri. Waktu itu kamar rumahnya ada empat, lebar-lebar. Udah termasuk lemari dan alas tidur pula. Sekamar bisa ditinggali dua orang. Jadi serumah ada delapan penghuni. Tinggal dibagi aja tuh berapa masing-masing bayarnya.Nah, kalau soal kemanan, kudu lebih ekstra ketat. Pasalnya ini kan dianggap rumah sendiri, jadi ya semua diatur sendiri. Maka beruntunglah kalau kontrakannya deket sama pos kamling atau rumah ketua RT.
Salam anak kos-kosan!
:)
Hayoo.....
Kata Baim, kos ideal itu kos yang deket rumah ibadah. Penghuninya solid, bersahabat, bersih, terjaga keamanannya. Tambahnya kos-kosan itu punya peraturan yang jelas, misalnya pukul berapa harus tutup pagar, dan lain-lain.
Menurut Zani anak Fisipol Unmul, kos ideal itu harga bulannya murah, kamar mandi di dalam alias milik masing-masing kamar, jadi nggak pakai antre. Lokasinya deket sama kampus, nggak kena banjir kalau hujan deras.
Kalau Nisa sih kurang lebih aja sama kata temen-temen di atas, termasuk airnya lancar dan kamarnya lebar. Kalau bisa di dalam kamarnya ada peralatan masak (jadi bisa masak-masak), ibu kosnya ramah (jadi bisa nyaman meski telat bayar kosan! Ahah..)
Kalau buat aku, kos ideal itu yang kamar-kamarnya nyatu dengan rumah pemilik kosnya atau paling nggak deketan lah rumahnya dengan pemiliknya. Biar enak aja gitu kalau ada apa-apa, langsung lapor ke pemilik kos-kosa. Terus, buat aku, kos ideal itu yang punya ruang tamu, jadi kalau ada tamu nggak berdiri di luar. Terus juga punya garasi buat yang punya kendaraan. Biar aman aja gitu.
Kontrakan?
Lebih asyik lagi nih. Kita bisa ngejadiin kontrakan kita buat markas/beskem untuk ngejalanin usaha kalau ada sambilan jualan. Secara sistem bayarnya juga lebih murah. Aku pernah nanya satu rumah kontrakan di bilangan Swadaya akhir tahun lalu sekitar 11 atau 12 juta per tahun. Lumayan lho kalau bisa bawa massa untuk tinggal bareng. Temen bisa milih sendiri. Waktu itu kamar rumahnya ada empat, lebar-lebar. Udah termasuk lemari dan alas tidur pula. Sekamar bisa ditinggali dua orang. Jadi serumah ada delapan penghuni. Tinggal dibagi aja tuh berapa masing-masing bayarnya.Nah, kalau soal kemanan, kudu lebih ekstra ketat. Pasalnya ini kan dianggap rumah sendiri, jadi ya semua diatur sendiri. Maka beruntunglah kalau kontrakannya deket sama pos kamling atau rumah ketua RT.
Salam anak kos-kosan!
:)
Friday, August 16, 2013
Darl....
Darl, saat kita mencintai orang lain, itu artinya kita siap untuk berbagi mimpi dan cita-cita dengan siapa yang kita cintai itu. Saling percaya, saling mengimbangi dan melengkapi satu sama lain.
Sudah siapkah, kita?
medio Agustus 2013
Thursday, July 11, 2013
Seandainya....
Lihat apa yang terjadi. Aku buru-buru menyalakan laptop saat aku seharusnya sedang makan sahur dengan tenang. Ada sesuatu yang mendorongku untuk menyalakan laptop dan log in facebook.
Ada kamu di sana. Di pemberitahuan ulang tahun.
Bodohnya aku sampai baru ingat bahwa ini hari ulang tahunmu.
Awalnya aku berniat menulis di dindingmu dengan kalimat semacam selamat ulang tahun dan lain sebagainya itu nanti-nanti saja. Tapi kemudian aku khawatir dengan kata "nanti". Aku khawatir "nanti" adalah waktu yang tak bisa kutemui, apalagi kulalui. Jadi, aku memutuskan untuk menulisnya sekarang.
Seperti biasa, aku bukan orang yang pertama kali mengucapkan ucapan selamat ulang tahun atau semacamnya itu. Kulihat deretan postingan di sana. Macam-macam doa dan pesannya.
Aku menarik napas. Mulanya aku hendak menulis begini:
"Semoga bahagia, berkah sepanjang masa. Jangan lupa olahraga, dan jangan lupakan aku. Miss you."
Tapi.....
Ada pacarmu di sana, dan aku urung menulis begitu, takut dia cemburu padaku.
Makanya...aku tidak melakukan itu.
Cukup dengan ucapan, "selamat ulang tahun, semoga berbahagia dan berkah sepanjang masa." ditambah dengan smiley.
Aku menganggap perasaan itu.
"Kamu harus bahagia," katanya dulu. Suatu waktu yang aku bahkan tidak ingat kapan tepatnya.
"Iya, aku bahagia," kataku.
"Bohong," selanya. Aku bisa merasakan nadanya saat mengucapkan itu. Tapi aku tidak tersudut.
"Iya. Kamu mungkin tidak melihatku bahagia, tapi aku merasa cukup dengan ini saat ini," tegasku.
Dia diam sejenak.
"Maaf..." lirihnya.
"Maaf untuk apa?" kejarku. Dia memang harus dikejar.Dia memang layak dikejar.
"Maaf karena aku mencintaimu," katanya lagi.
Shit!
Dia sudah punya kekasih.
Tapi aku ingin mendengarnya mengucapkan kalimat itu lagi.
"Tapi kamu sudah punya pacar," kataku gemetar. Ah, aku benci diriku yang mudah terharu.
"Karena itulah, kamu harus bahagia," jawabnya.
"Aku tidak mau perempuan yang kucintai tidak bahagia. Seandainya aku bisa....." kalimatnya menggantung.
"Bisa apa?" Sudah kubilang dia layak dikejar. Maka kukejar ia agar menyelesaikan kalimatnya.
"Bisa mendapatkan kamu juga...." nadanya melemah. Nadanya menyerah.
Aku tahu perasaannya.
Dan aku menganggap perasaan ini sama ada.
Seandainya....
*Menanti fajar.
Jumat, 12 Juli 2013
Selamat ulang tahun, Panda... :)
Ada kamu di sana. Di pemberitahuan ulang tahun.
Bodohnya aku sampai baru ingat bahwa ini hari ulang tahunmu.
Awalnya aku berniat menulis di dindingmu dengan kalimat semacam selamat ulang tahun dan lain sebagainya itu nanti-nanti saja. Tapi kemudian aku khawatir dengan kata "nanti". Aku khawatir "nanti" adalah waktu yang tak bisa kutemui, apalagi kulalui. Jadi, aku memutuskan untuk menulisnya sekarang.
Seperti biasa, aku bukan orang yang pertama kali mengucapkan ucapan selamat ulang tahun atau semacamnya itu. Kulihat deretan postingan di sana. Macam-macam doa dan pesannya.
Aku menarik napas. Mulanya aku hendak menulis begini:
"Semoga bahagia, berkah sepanjang masa. Jangan lupa olahraga, dan jangan lupakan aku. Miss you."
Tapi.....
Ada pacarmu di sana, dan aku urung menulis begitu, takut dia cemburu padaku.
Makanya...aku tidak melakukan itu.
Cukup dengan ucapan, "selamat ulang tahun, semoga berbahagia dan berkah sepanjang masa." ditambah dengan smiley.
Aku menganggap perasaan itu.
"Kamu harus bahagia," katanya dulu. Suatu waktu yang aku bahkan tidak ingat kapan tepatnya.
"Iya, aku bahagia," kataku.
"Bohong," selanya. Aku bisa merasakan nadanya saat mengucapkan itu. Tapi aku tidak tersudut.
"Iya. Kamu mungkin tidak melihatku bahagia, tapi aku merasa cukup dengan ini saat ini," tegasku.
Dia diam sejenak.
"Maaf..." lirihnya.
"Maaf untuk apa?" kejarku. Dia memang harus dikejar.Dia memang layak dikejar.
"Maaf karena aku mencintaimu," katanya lagi.
Shit!
Dia sudah punya kekasih.
Tapi aku ingin mendengarnya mengucapkan kalimat itu lagi.
"Tapi kamu sudah punya pacar," kataku gemetar. Ah, aku benci diriku yang mudah terharu.
"Karena itulah, kamu harus bahagia," jawabnya.
"Aku tidak mau perempuan yang kucintai tidak bahagia. Seandainya aku bisa....." kalimatnya menggantung.
"Bisa apa?" Sudah kubilang dia layak dikejar. Maka kukejar ia agar menyelesaikan kalimatnya.
"Bisa mendapatkan kamu juga...." nadanya melemah. Nadanya menyerah.
Aku tahu perasaannya.
Dan aku menganggap perasaan ini sama ada.
Seandainya....
*Menanti fajar.
Jumat, 12 Juli 2013
Selamat ulang tahun, Panda... :)
Wednesday, July 10, 2013
Serupa Tapi Tak Sama
Mirip dengan kalimat yang biasa dipakai untuk tebak beda gambar di koran atau majalah anak-anak ya.
Ramadan tahun lalu juga di tanah orang. Tahun-tahun sebelumnya juga. Dan kalau tidak salah hitung tahun ini adalah tahun kesembilan aku nggak ramadan di kampung halaman.
Serupa nasibnya. Tapi tentu beda rasanya. Kesannya.
Sedih iya sih. Kangen masa dulu tarawih sama Emak dan Bapak. Abang yang curi-curi kesempatan main kartu bergambar hero kayak power ranger dan lain-lain. Aku yang selalu di sisi Emak dalam shaf. Aku yang masih lapar pas tarawih padahal udah ngembat kolak. Kangen Bapak yang kadang kudengar ngasih tausiyah di langgar. Kangen suara bleduman (petasan dengan bambu besar) yang menggegerkan isi dada tiba-tiba.
Yah..masa kecil.
Sekarang udah gede. Nggak main-main kayak dulu.
Jadi orang dewasa menyenangkan, tapi susah dijalanin. «« iklan banget..hehe..
Demikian..
Tiap tahun, ramadan pasti punya cerita..
Semoga cerita tahun ini baik...happy ending...
Amiin..
Ramadan tahun lalu juga di tanah orang. Tahun-tahun sebelumnya juga. Dan kalau tidak salah hitung tahun ini adalah tahun kesembilan aku nggak ramadan di kampung halaman.
Serupa nasibnya. Tapi tentu beda rasanya. Kesannya.
Sedih iya sih. Kangen masa dulu tarawih sama Emak dan Bapak. Abang yang curi-curi kesempatan main kartu bergambar hero kayak power ranger dan lain-lain. Aku yang selalu di sisi Emak dalam shaf. Aku yang masih lapar pas tarawih padahal udah ngembat kolak. Kangen Bapak yang kadang kudengar ngasih tausiyah di langgar. Kangen suara bleduman (petasan dengan bambu besar) yang menggegerkan isi dada tiba-tiba.
Yah..masa kecil.
Sekarang udah gede. Nggak main-main kayak dulu.
Jadi orang dewasa menyenangkan, tapi susah dijalanin. «« iklan banget..hehe..
Demikian..
Tiap tahun, ramadan pasti punya cerita..
Semoga cerita tahun ini baik...happy ending...
Amiin..
Tuesday, July 9, 2013
Ajang Keren Kompetisi Nulis
Ajang bergengsi nggak cuma melulu nyanyi. Dengan modal tulisan kita juga bisa berdiri megang tropi sampai ke luar negeri.Contohnya ini, aku UWAW banget pas tau note temennya temen di Facebook tentang ajang nulis bergengsi. Kalau yang Rohto, aku udah pernah tahu sebelumnya. Dulu sempet pengen ikut, tapi ada syarat yang nggak bisa kupenuhi, bukti pembelian/struk produk Rohto. Nah, sekarang aku punya produknya, tapi nggak tahu tuh struk di mana. kebiasaan suka buang sampah..hihi..
Baiklah, ini aku bagi link infonya. Sila di-klik bagi yang udah kedip-kedip...
https://www.facebook.com/#!/notes/ai-el-afif-ii/3-lomba-cerpen-termewah-2013/379272322199068
Baiklah, ini aku bagi link infonya. Sila di-klik bagi yang udah kedip-kedip...
https://www.facebook.com/#!/notes/ai-el-afif-ii/3-lomba-cerpen-termewah-2013/379272322199068
Friday, June 28, 2013
Apakah Kalian Tahu?
Apakah orang mati berhenti bertambah umurnya?
Sebab pagi tadi dia datang lagi. Dengan senyuman. Dengan keakraban yang selalu dia tawarkan.
Dia mendewasa. Karena itulah aku bertanya pada kalian, apakah umur orang yang mati bertambah? Atau cukup berhenti di usia kematiannya?
Saban tahun kuucapkannya selamat ulang tahun.
Terima kasih, atas kehadiran yang bahkan tidak kuminta. Apakah dia tahu sesuatu ini bernama rindu?
Sebab pagi tadi dia datang lagi. Dengan senyuman. Dengan keakraban yang selalu dia tawarkan.
Dia mendewasa. Karena itulah aku bertanya pada kalian, apakah umur orang yang mati bertambah? Atau cukup berhenti di usia kematiannya?
Saban tahun kuucapkannya selamat ulang tahun.
Terima kasih, atas kehadiran yang bahkan tidak kuminta. Apakah dia tahu sesuatu ini bernama rindu?
Tuesday, June 11, 2013
Pada Halaman 287
Dear you..
Sebenarnya lucu. Tiba-tiba datang melalui pesan singkat untuk meminjam buku di perpustakaan dengan judul rekomendasi darimu. Lengkap dengan letak bukunya, seakan-akan kamu seorang pustakawan di sana.
Kenapa? Tanyaku.
Kamu jawab, "aku sengaja menaruh buku itu di tempat rahasia."
Dear you..
Beberapa saat aku berpikir, kenapa harus aku?
Katamu, "karena kamu suka membaca."
Tahu dari mana?
Kamu jawab, "aku selalu mengamatimu."
Begitukah?
Lalu siapa kamu sebenarnya?
Bagaimana caramu tahu tentang aku?
Kita bicara seolah-olah kita pernah bertemu dan berteman lama.
Aku merasa kita sudah dekat. Entahlah.
Bagaimana caramu melakukannya?
Penyihirkah kamu?
Dear you..
Coba tebak apakah aku akan melakukan saranmu, meminjam buku di perpustakaan itu?
Lalu jawabmu, "aku percaya kamu akan melakukannya. Kita akan bertemu di sana. Di halaman 287."
Sebenarnya lucu. Tiba-tiba datang melalui pesan singkat untuk meminjam buku di perpustakaan dengan judul rekomendasi darimu. Lengkap dengan letak bukunya, seakan-akan kamu seorang pustakawan di sana.
Kenapa? Tanyaku.
Kamu jawab, "aku sengaja menaruh buku itu di tempat rahasia."
Dear you..
Beberapa saat aku berpikir, kenapa harus aku?
Katamu, "karena kamu suka membaca."
Tahu dari mana?
Kamu jawab, "aku selalu mengamatimu."
Begitukah?
Lalu siapa kamu sebenarnya?
Bagaimana caramu tahu tentang aku?
Kita bicara seolah-olah kita pernah bertemu dan berteman lama.
Aku merasa kita sudah dekat. Entahlah.
Bagaimana caramu melakukannya?
Penyihirkah kamu?
Dear you..
Coba tebak apakah aku akan melakukan saranmu, meminjam buku di perpustakaan itu?
Lalu jawabmu, "aku percaya kamu akan melakukannya. Kita akan bertemu di sana. Di halaman 287."
Saturday, June 8, 2013
Dari Obrolan Malam Minggu di Warung Makan
Usai memesan makanan, aku duduk memunggungi meja. Dan dari seberang meja sana, terdengar suara seorang pria bicara melalui telepon selular.
"Kamu tuh kenapa sih, marah..."
"Yang egois itu bunda, bukan ayah. Ya udah ngobrol aja sama orang lain."
*terdengar hp diletakkan kasar di atas meja*
Wah, ada yang ngambek di sana dan di sini lagi kesel. Padahal ini malam minggu. Malam bersenang-senang. Malam panjang.
*tiba-tiba hp-nya berdering lagi*
"Apa lagi?" katanya di corong telepon.
Nadanya meninggi dari yang tadi. Aku meneguk ludah. Ngeri juga orang ini.
"Kamu tuh ya, di sini halo halo di sana ngomong sama siapa. Ya udah mending ngomong sama orang lain dulu."
Klik.
Percakapan usai. Pesananku juga selesai dibuat. Aku pulang setelah membayar.
Saat akan meninggalkan area warung makan, sempat kulirik wajah pria tadi. Kutinggalkan senyum di dua matanya. Kasian, dia tampak kesal sekali. Entah perkara apa di antara mereka, di antara pasangan yang aku taksir belum menikah, masih pacaran, di antara panggilan bunda dan ayah. Uhuk.
Gak mau ambil pusing, aku buru-buru pergi sambil berpikiran, "cocok juga untuk bahan tulisan malam minggu kali ini." Eheh.
Dear...
Pacaran itu buat apa? Kalau untuk penjajakan pra menikah ya nggak apa-apa. Pacaran untuk rencana masa depan, hidup dengan teman sejati sampai mati.
Menurut hematku, antar pasangan setidaknya ngerti gimana cara "menjinakkan" amarah dari pasangannya. Kan katanya saling kenal, saling sayang. Kalau belum tau, cari tau. Kalau aku, marah, kesel, diam aja (lah malah curhat), ppfftt...
Marah-marahan dalam hubungan apapun itu nggak enak. Makan jadi kurang berselera. Tidur pun kadang nggak nyenyak karena kepikiran "salah apa" dan gimana nyelesaiin masalah.
Baiklah, ini malam minggu. Yang lagi ngambekan, yuk baikan. Ini malam panjang, malam senang-senang.
*Malam minggu. Adu kedip dengan kursor. Tulisan ini disponsori oleh sebungkus kerupuk*
"Kamu tuh kenapa sih, marah..."
"Yang egois itu bunda, bukan ayah. Ya udah ngobrol aja sama orang lain."
*terdengar hp diletakkan kasar di atas meja*
Wah, ada yang ngambek di sana dan di sini lagi kesel. Padahal ini malam minggu. Malam bersenang-senang. Malam panjang.
*tiba-tiba hp-nya berdering lagi*
"Apa lagi?" katanya di corong telepon.
Nadanya meninggi dari yang tadi. Aku meneguk ludah. Ngeri juga orang ini.
"Kamu tuh ya, di sini halo halo di sana ngomong sama siapa. Ya udah mending ngomong sama orang lain dulu."
Klik.
Percakapan usai. Pesananku juga selesai dibuat. Aku pulang setelah membayar.
Saat akan meninggalkan area warung makan, sempat kulirik wajah pria tadi. Kutinggalkan senyum di dua matanya. Kasian, dia tampak kesal sekali. Entah perkara apa di antara mereka, di antara pasangan yang aku taksir belum menikah, masih pacaran, di antara panggilan bunda dan ayah. Uhuk.
Gak mau ambil pusing, aku buru-buru pergi sambil berpikiran, "cocok juga untuk bahan tulisan malam minggu kali ini." Eheh.
Dear...
Pacaran itu buat apa? Kalau untuk penjajakan pra menikah ya nggak apa-apa. Pacaran untuk rencana masa depan, hidup dengan teman sejati sampai mati.
Menurut hematku, antar pasangan setidaknya ngerti gimana cara "menjinakkan" amarah dari pasangannya. Kan katanya saling kenal, saling sayang. Kalau belum tau, cari tau. Kalau aku, marah, kesel, diam aja (lah malah curhat), ppfftt...
Marah-marahan dalam hubungan apapun itu nggak enak. Makan jadi kurang berselera. Tidur pun kadang nggak nyenyak karena kepikiran "salah apa" dan gimana nyelesaiin masalah.
Baiklah, ini malam minggu. Yang lagi ngambekan, yuk baikan. Ini malam panjang, malam senang-senang.
*Malam minggu. Adu kedip dengan kursor. Tulisan ini disponsori oleh sebungkus kerupuk*
Saturday, June 1, 2013
Sebuah Puisi Malam Minggu
Jadi beginilah sekarang aku
Karena
kembang-kembang para layu diserbu kumbang madu
Jadi beginilah aku
Merangkai puisi untuk dijual di malam minggu
Siapa mau beli?
Hubungi aku
Sebelum lewat malam dan waktu membunuhku
*malam minggu di desa Tajer Mulya, Long Ikis, Paser
Karena
kembang-kembang para layu diserbu kumbang madu
Jadi beginilah aku
Merangkai puisi untuk dijual di malam minggu
Siapa mau beli?
Hubungi aku
Sebelum lewat malam dan waktu membunuhku
*malam minggu di desa Tajer Mulya, Long Ikis, Paser
Tuesday, May 21, 2013
Persembahan untuk Indonesia (Harkitnas 2013)
Lihat http://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita-2252-generasi-muda-harus-jadi-pejuang-dan-petarung-tangguh---.html
MENEMUKAN YANG HILANG
Adam
Aku masih menggeliat di
atas kasur ketika cahaya matahari masuk lewat celah ventilasi jendela kamar dan
menerpa wajah. Membuka mata dan menumbukkannya ke arah jam weker kecil di atas
meja kecil di samping ranjang. Hm, pukul 6:05
Wita. Aku menggeliat sekali lagi, melemaskan otot-otot sambil menguap lebar,
menuntaskan kantuk. Aku lantas duduk di tepi ranjang sambil
menggosok-nggosokkan dua telapak tangan ke wajah, menyempurnakan kesadaran.
“Kepada bapak ibu,
semua warga RT 19 harap segera menuju titik awal kerja bakti. Silakan bawa
perlatan masing-masing, boleh cangkul, sabit, atau sapu lidi.”
Aku mendengar suara
itu. Suara laki-laki yang dilantangkan lewat pengeras suara, berasal dari arah
masjid. Aku mengernyitkan dahi. Tadi ketika tidur, aku juga seperti mendengar
suara semacam itu. Kukira sekarang pun aku sedang bermimpi. Kutepuk paha kanan,
jangan-jangan aku belum bangun sungguhan. Tidak, aku tidak sedang bermimpi.
Barangkali suara itulah yang sampai ke dalam mimpiku, membangunkanku.
**
Dimas
Kembali kuhitung jumlah
orang yang ada di depanku. Tidak lebih dari sepuluh jumlahnya. Tanpa sadar aku
mendesah. Rasanya jumlah orang di daerah sini
lebih banyak dari yang ada di depanku sekarang. Ke mana yang lain?
Sunday, May 12, 2013
Who Are You? Penelusuran Potensi Diri dari Fakultas Psikologi Untag, Samarinda (Catatan Ringan Acara Tadi)
Selamat
sore……
Tadi
pagi hingga siang aku menghadiri acara Penelusuran Potensi Diri garapan
Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Samarinda. Sudah jadi
kebiasaan mencatat beberapa hal isi materi di buku, dan syukur-syukur dapat
beberapa poin penting. Itulah yang akan aku bagikan ke teman-teman. Semoga
bermanfaat ya……
Dekan
Fakultas Psikologi Untag, Samarinda, sebelum membuka secara resmi acara tadi, sempat
membeberkan bidang-bidang psikologi khusus. Diantaranya;
Psikologi konseling &
khusus
Psikologi perkembangan
Psikologi eksperimen
Psikologi sosial
Psikologi kesehatan
Psikologi komunitas
Psikologi sekolah &
pendidikan
Psikologi industri
Psikologi lingkungan
1 Psikologi forensik
1 Psikologi politik, dan
1 Psikologi lintas budaya
Pemateri
selanjutnya, Hari Sumitro, S.T., S. Psi membahas tentang Psikologi Industri dan
Organisasi.
Ia
mengatakan bahwa ketika di dunia kerja, yang lebih dibutuhkan adalah soft skill ketimbang hard skill.
Soft skill dengan kisaran kebutuhan di
dunia kerja mencapai 65-80% itu di antaranya:
1. Kerjasama tim
2.
Leadership
3. Komunikasi & negosiasi
4. Kreativitas
5.
Intra/entrepeneurship
6. Pantang menyerah
7. Kejujuran/integritas
8.
Problem solving
Sementara
hard skill berupa kemampuan akademis,
pengetahuan dasar dan umum serta logika dikisarkan hanya 20-35%.
Peluang
bidang kerja bagi dunia psikologi dapat berupa sebagai HRD/personalia, trainer/motivator, entrepeneurship, dosen/peneliti, konsultan SDM, atau bekerja di instansi
pemerintah/militer/olahraga.
Pada
acara puncak, Evi Kurniasari P. S.Psi., M. Psi, Psikolog memandu para peserta
tes potensi diri. Seperti inilah Myers Briggs Type Indicator (MBTI)
yang harus dipilih berdasarkan masing-masing diri individu peserta secara
spontan.
Usai
tes, ia menjabarkan tentang empat kutub MBTI seperti ini.
Dari
perhitungan poin tes tadi, kita bisa melihat kecenderungan masing-masing diri seperti
apa. Misalnya dalam hal energi. Orang bertipe eksternal, akan justru mendapat energi
dari aktivitas, orang-orang, benda, dan hal-hal lain di luar dirinya. Ekspresif
sehingga mudah dikenali, wawasannya luas tetapi dangkal. Mereka punya banyak
kenalan tetapi hanya sedikit sahabat yang mereka miliki.
Sebaliknya,
orang bertipe internal, ia mendapat energi justru dari refleksi, perasaa, dan
ide-ide dalam dirinya. Mereka berpikir sebelum bertindak. Ekspresinya tidak terlihat.
Wawasannya sedikit tetapi ia sangat fokus dengan apa yang dipelajarinya. Bertipe
setia.
Adapun
saat menerima informasi berkecenderungan
sensing, mereka akan berfokus pada
informasi yang didapatnya melalui panca indera serta pada penerapan praktisnya.
Sensing memandang intuition sebagai pemimpi, tidak
praktis, dan terlalu mengada-ngada. Intuition
bergerak sesuai kekuatan intuisinya. Mereka memandang sensing sebagai orang yang tidak visioner dan kurang optimis.
Dalam
hal membuat keputusan apakah cenderung memakai perasaan (feeling), atau logika (thinking)?
Secara jelas, bagi yang membuat keputusan kecenderungannya berdasarkan feeling, disarankan untuk tidak mengambil
jalur pendidikan hukum.
Apakah
dalam memanajemen hidup lebih bergaya
judging atau perceiving?
Orang
dengan kecenderungan tipe judging
biasanya suka bergaya hidup tegas, terencana, teratur. Mereka menganggap
sesuatu yang terjadi di luar rencana adalah sebuah masalah. Karenanya, mereka
bergerak sesuai target, perfeksionis. Sementara orang berkecenderungan perceiving, fleksibel. Gaya hidupnya
spontan, mudah menyesuaikan diri dengan perubahan. Sesuatu yang terjadi di luar
rencana mereka anggap sebagai sebuah tantangan. Selain itu, mereka menikmati
apa saja yang terjadi (mengalir).
Dari
beberapa kecenderungan itu, ada beberapa hasil yang bisa dijadikan cermin,
siapa seseungguhnya kita.
1. ISTJ (artinya orang ini
berkecenderungan Internal, Sensing,
Thinking, Judging) = melakukan apa yang harus dilakukan.
2. ISFJ (artinya orang ini
berkecenderungan Internal, Sensing,
Feeling, Judging) = menganggap penting tugasnya. Biasanya multitasking.
3. ISTP (berkecenderungan Internal, Sensing, Thinking, Perceiving)
= senang melakukan pemecahan masalah.
4. ISFP (berkecenderungan Internal, Sensing, Feeling, Preceiving)
= saling menghargai dalam kehidupan.
5. INFJ (berkecenderungan
Internal, Intuition, Feeling, Judging) = menjadi inspirasi orang lain.
6. INTJ (berkecenderungan Internal, Intuition, Thinking, Judging)
= mereka menganggap segala sesuatu memiliki kesempatan untuk berkembang.
7. INFP (berkecenderungan Internal, Intuition, Feeling, Perceiving)
= mereka melayani dan menolong orang lain.
8. INTP (berkecenderungan Internal, Intuition, Thinking, Perceiving)
= senang mempelajari segala hal.
9. ESTP (berkecenderungan Eksternal, Sensing, Thinking, Perceiving)
= realis mutlak.
10. ESFP (berkecenderungan Eskternal, Sensing, Feeling, Preceiving)
= punya slogan kita hidup hanya sekali saja. Memanfaatkan waktu sekali itu
dengan sebaiknya.
11. ENFP (berkecenderungan Eksternal, intuition, Feeling, Perceiving)
= punya slogan bikin hidup lebih hidup.
12. ENTP (berkecenderungan Eskternal, Intuition, Thinking, Perceiving)
= gemar berpindah dari satu tantangan ke tantangan lain.
13. ESTJ (berkecenderungan Eksternal, Sensing, Thinking, Judging) =
pengelola kehidupan.
14. ESFJ (berkecenderungan Eksternal, Sensing, Feeling, Judging) =
mereka tipe teman bagi kehidupan.
15. ENFJ (berkecenderungan Eskternal, Intuition, Feeling, Judging)
= punya potensi meyakinkan orang dengan berbicara.
16. ENTJ (berkecenderungan Eksternal, Intuition, Thinking, Judging)
= pemimpin alamiah. Bakat-bakat
kepemimpinan terlihat menonjol.
Saturday, May 11, 2013
Pulang, Jalan ke Pelukan
Kapan pulang?
Duduk aku di atap menatap layar pekat
Sayang tak ada bintang di malam Minggu
Sayangnya tidak ada kamu
Kapan pulang?
Kuharap kau tak lupa jalan
Menuju pelukan
-ditujukan kepada tanpa nama tersebutkan-
Duduk aku di atap menatap layar pekat
Sayang tak ada bintang di malam Minggu
Sayangnya tidak ada kamu
Kapan pulang?
Kuharap kau tak lupa jalan
Menuju pelukan
-ditujukan kepada tanpa nama tersebutkan-
Thursday, May 9, 2013
Cerita Senja
"Katamu, senja adalah pertanda pulang. Pulang ke mana gerangan? Adakah kau tahu di mana rumahnya?"
Suatu kali seorang kawan bertanya padaku, "kenapa banyak orang menggilai senja? Kuperhatikan puisi-puisi yang kau buat pun banyak bicara tentang senja. Apa yang membuat senja begitu istimewa di matamu? Kenapa tidak buat puisi tentang tengah hari, atau ketika pagi, begitu?"
Aku menyimak kata per katanya sambil tersenyum.
Entahlah, aku juga heran kenapa banyak orang menyukai senja. Mungkin karena cahaya jingganya? Ataukah ada cerita bahagia di kala senja dengan orang tercinta? Bagiku, senja seperti pengingat waktu untuk pulang. Kembali. Bukankah hari adalah perputaran masa? Dari pagi, siang, malam, kembali pagi, dan seterusnya sampai semua yang ada di dunia berhenti berputar bila tiba waktunya.
Kau tahu di mana tempat kita kembali? Kamu kan sudah kembali. Aku berharap kamu bisa menceritakan bagaimana tempat itu. Tapi kemudian aku tahu itu rahasia. Aku tak boleh tahu. Baiklah... Aku akan menjadikan senja pengingat waktu kembali, mengingat kamu. Lagi.
Suatu kali seorang kawan bertanya padaku, "kenapa banyak orang menggilai senja? Kuperhatikan puisi-puisi yang kau buat pun banyak bicara tentang senja. Apa yang membuat senja begitu istimewa di matamu? Kenapa tidak buat puisi tentang tengah hari, atau ketika pagi, begitu?"
Aku menyimak kata per katanya sambil tersenyum.
Entahlah, aku juga heran kenapa banyak orang menyukai senja. Mungkin karena cahaya jingganya? Ataukah ada cerita bahagia di kala senja dengan orang tercinta? Bagiku, senja seperti pengingat waktu untuk pulang. Kembali. Bukankah hari adalah perputaran masa? Dari pagi, siang, malam, kembali pagi, dan seterusnya sampai semua yang ada di dunia berhenti berputar bila tiba waktunya.
Kau tahu di mana tempat kita kembali? Kamu kan sudah kembali. Aku berharap kamu bisa menceritakan bagaimana tempat itu. Tapi kemudian aku tahu itu rahasia. Aku tak boleh tahu. Baiklah... Aku akan menjadikan senja pengingat waktu kembali, mengingat kamu. Lagi.
Thursday, April 25, 2013
Sejam Bersama Zanet. Kilas Balik April 2012
Dari tempatku duduk sejam terakhir ini kuamati
Kaca-kaca jendela dihujani
Kata Zanet, aku tak boleh main hujan lagi
"Nanti sakit..."
Sejam dari tempatku duduk memperhatikan
Rumah dan lampu jalanan mengganda di jalan raya
Yang tergenang
Yang berlinang
Dari tempatku duduk hampir satu jam
Aku memikirkanmu
Cintaku
Karam di perjalanan hilir
Tiada sampai ke hulu
...
*di jendela hujan senja bersamanya. Peqika 2012
Thursday, April 18, 2013
Cerita Pendek Pertama di Media Cetak
*ditulis sesuai mulanya. dimuat di Kaltim Post, 26 Juni 2011
Selamat membaca.... :)
DUA
CINCIN DESWITA
oleh Hesti Daisy
Masih
pukul 06:30 WITA. Pagi mengisyaratkan sepertinya sepanjang hari nanti akan
sangat cerah. Geliat aktifitas perkotaan di weekand
seperti ini memang hanya sedikit. Tidak seperti hari-hari kerja dimana pada
waktu seperti ini jalanan sudah ramai lalu lalang kendaraan dan pemakai jalan.
Jalanan dan sepanjang trotoar Ahad seperti ini biasanya dimanfaatkan oleh
gerombolan remaja dan anak-anak yang jogging
sambil tertawa-tawa.
Di dalam kamar bercat biru langit sebuah
hunian mewah, Deswita sedang mematut diri setengah meter di depan cermin riasnya.
Merapikan t-shirt berpadu celana jeans yang
dipakainya. Rambutnya hanya dikuncir ekor kuda. Beberapa saat ia tersenyum
kemudian maju beberapa langkah, lebih dekat dengan cermin. Sesaat ia merasa
sudah tak lagi muda meskipun teman-temannya mengatakan ia masih tetap segar dan
cantik layaknya gadis 18 tahunan.
“Alaaah..biar
sudah berumur kau itu tetap cantik, Des. Tak berdandan pun sudah terlihat
menarik. Auramu itu lho,” komentar Reta sahabat sekaligus teman kantornya
ketika Deswita iseng bertanya apakah ia terlihat tua.
“Ah,
kau bercanda. Aku ini sudah tua,” kata Deswita mempertahankan penilaian dirinya
sendiri.
“Ya
sudah, yang menilai kamu seperti apa kan orang lain. Tapi kalau kamu terus
menanamkan penilaian seperti itu kepada dirimu sendiri, jelas saja kau akan
cepat tua,” cetus Reta, mulai gemas dengan Deswita.
“Aduuh,
Nona manis jangan merajuk, dong. Iya, iya, aku masih muda kok meski sudah 26
tahun aku hidup di dunia. Haha..” seru Deswita sambil tertawa, menepuk-nepuk
paha Reta yang duduk di sampingnya. Reta merengut kesal.
Friday, April 12, 2013
Dear You......
Aku menjaga
perasaanmu, perasaanmu pada dia. Dan kamu tak perlu menjaga perasaanmu untukku.
Aku cukupkan bahagiaku. Tak ada yang perlu dikhawatirkan…
Kau tahu,
aku selalu merasakan gelombang cinta saat kamu bicara tentang dia, sekesal
apapun nada bicaramu. Dengar, jadilah teman hidupnya yang setia, melindunginya…
Membebat luka
adalah keahlianku yang kudapat dari latihan sejak lama, sejak aku mengenalmu
dan kamu lebih mengenalnya. Aku hanya tersenyum setiap kali meraba luka,
berharap senyumlah obat termujarab…
Aku percaya
pada harapan, karenanya aku tak mengapa bahkan bila harus kecewa. Hidup terus
berjalan kendati aku dan kamu tak menyatu nyata…
Aku akan di
sini sementara. Turut merayakan kebahagiaanmu. Aku akan pergi bila aku sudah
merasa cukup tangguh melawan pertanyaan waktu dan orang-orang sekelilingku.
Tetapi
sebelum itu, ada hal yang harus kamu tahu, bahwa sejauh apapun aku pergi,
sedekat lalu kamu di hati.
*Wolter Monginsidi, 12 April 2013
23:12 Wita
Sunday, March 31, 2013
Kota(K)ata untuk Samarinda Under Attack 2013
KOTA DALAM KATA
--Hesti Daisy
Saya berada di
Samarinda sejak 2009 silam. Sampai tulisan ini diselesaikan, saya masih berstatus
sebagai seseorang yang numpang hidup di Samarinda untuk menyelesaikan studi di Universitas
Mulawarman. Silakan bayangkan bagaimana kali pertama saya tiba di sini, datang
dari sebuah desa kecil di Long Ikis, Kabupaten Paser. Melihat tepi-tepi jalan
penuh baliho macam-macam ukuran dan pesan serta kendaraan padat lalu lalang, rasanya
memang beda sekali keadaannya. Saya harus beradaptasi.
Rasanya terlalu
angkuh jika saya berkata saya sangat tahu seluk beluk kota ini. Pengetahuan saya
tentu tidak sebanding dengan pengetahuan teman-teman yang memang lahir dan
besar di sini. Saya menyerah jika diajak ngobrol soal politik, hukum, ataupun tata
kota. Bukan karena saya skeptis atau tidak kritis tentang itu, tetapi pemikiran
saya rasanya tidak bisa sejauh itu. Terlalu rumit rasanya. Saya khawatir tidak bisa
menyodorkan solusi yang tepat guna sebagai penyerta kritikan-kritikan.
Setiap orang
tentu punya penilaian tersendiri tentang kondisi kota ini. Di jejaring sosial
saya kerap menjumpai lebih banyak keluhan-keluhan dari teman-teman tentang apa
yang terjadi (terlebih kalau soal banjir, hehe) dibanding kebanggaan berada di
sini, dan itu manusiawi. Sekali lagi saya tidak berhak menghakimi penilaian mereka.
Saya justru berpikir dengan adanya suara-suara seperti itu, berarti masih ada
kepedulian terhadap kota ini. Pertanyaannya adalah, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan?
Saturday, March 30, 2013
Suatu Pagi
Di latar pagi
Di antara sepi
Elegi tinggal kukemasi
Siapa yang mau dahulu pergi
Singgah sejenak meletakkan penat
Di perjamuan hati merapat
Wolter Monginsidi, 31 Maret 2013
Di antara sepi
Elegi tinggal kukemasi
Siapa yang mau dahulu pergi
Singgah sejenak meletakkan penat
Di perjamuan hati merapat
Wolter Monginsidi, 31 Maret 2013
Semalam Di Kaltim Fair 2013
Aku selalu suka datang ke tempat keramaian. Alasannya macam-macam. Biasanya sih aku senang karena bisa liat wajah-wajah baru. Siapa tau ada kembaranku? Hehe
Semalam aku ada di Kaltim Fair 2013 di Hotel Atlet Sempaja Samarinda. Sebuah agenda tahunan yang menyediakan pameran dari masing-masing kabupaten kota regional sampai luar daerah, buktinya ada stan dari Jawa Barat segala :). Beberapa kabupaten dari Kaltara juga turut serta. Sayangnya stan Paser sepi, bo! Entah barang-barangnya udah laku duluan di hari pertama dan kedua atau gimana aku kurang tau. Sedih? Iya lah.
Untuk pengadaan Kaltim Fair selanjutnya sih kuharapin bisa labih semarak lagi. Semarak acaranya, semarak pengunjungnya, semarak aman dan bersihnya. Amin.
Semalam aku ada di Kaltim Fair 2013 di Hotel Atlet Sempaja Samarinda. Sebuah agenda tahunan yang menyediakan pameran dari masing-masing kabupaten kota regional sampai luar daerah, buktinya ada stan dari Jawa Barat segala :). Beberapa kabupaten dari Kaltara juga turut serta. Sayangnya stan Paser sepi, bo! Entah barang-barangnya udah laku duluan di hari pertama dan kedua atau gimana aku kurang tau. Sedih? Iya lah.
Untuk pengadaan Kaltim Fair selanjutnya sih kuharapin bisa labih semarak lagi. Semarak acaranya, semarak pengunjungnya, semarak aman dan bersihnya. Amin.
Sunday, March 24, 2013
Mata Hari Hati
Suatu pagi
Ketika kehidupan masih menggeliat
Sadar bangun atau entah terusik tidur malam
Aku membuka segala jendela
Juga pintu rumah kayu
Mencari-cari matahari
Kata buku ia datang dari arah timur sana
Ma,
Sulit sekali
Aku pikir aku tak cukup tinggi
Untuk melihatnya muncul di lazuardi pagi
Pa,
Cakar-cakar beton ini begitu tinggi
Merobek penglihatanku pada matahari pagi
Menghalangi mata hati melihat kami
Yang kerdil
Mengecil
Terkucil
Ma, Pa
Aku juga mau rumah kayu kita tinggi
Tidak buat melukai langit
Tetapi cuma buat melihat matahari pagi
Tetapi cuma untuk memperlihatkan mata hati
Melihat kami
Kami melihat
Ketika kehidupan masih menggeliat
Sadar bangun atau entah terusik tidur malam
Aku membuka segala jendela
Juga pintu rumah kayu
Mencari-cari matahari
Kata buku ia datang dari arah timur sana
Ma,
Sulit sekali
Aku pikir aku tak cukup tinggi
Untuk melihatnya muncul di lazuardi pagi
Pa,
Cakar-cakar beton ini begitu tinggi
Merobek penglihatanku pada matahari pagi
Menghalangi mata hati melihat kami
Yang kerdil
Mengecil
Terkucil
Ma, Pa
Aku juga mau rumah kayu kita tinggi
Tidak buat melukai langit
Tetapi cuma buat melihat matahari pagi
Tetapi cuma untuk memperlihatkan mata hati
Melihat kami
Kami melihat
Sunday, March 17, 2013
Di 2:48 AM
Terbangun dini hari begini karena di dalam tidur aku melihatnya. Resede? Iya, dan aku masih merahasiakan sosoknya pada kalian semua, hehe... Satu hal, aku bermimpi dan melihat diriku hidup dengan pakaian yang sama yang kukenakan sebelum tidur, dan ini baru terjadi kali ini rasanya. Dalam tidur aku dibawa ke sebuah tempat, bermain kembang kapas-kapas dan aku juga bisa melihat mawar menggantung saat mulai mekar. Indah sekali. Tetapi kenapa kemudian aku gelisah dan tiba-tiba terbangun?
Apakah tidurmu semalam nyenyak? Mimpi indah? Atau sebaliknya? Kalian bisa kok cerita ke aku. :)
Pukulan besi tiga kali dari poskamling gang sebelah menandakan saat ini pukul 3 dini hari. Aku bersyukur masih bisa hidup. Berkeadaan cukup dan bahagia.
Hmm, jadi yang di atas itu tulisan rada nglantur binti ngawur. Yang nulis baru bangun tidur.
Selamat menjalani dan menikmati hari. :)
Apakah tidurmu semalam nyenyak? Mimpi indah? Atau sebaliknya? Kalian bisa kok cerita ke aku. :)
Pukulan besi tiga kali dari poskamling gang sebelah menandakan saat ini pukul 3 dini hari. Aku bersyukur masih bisa hidup. Berkeadaan cukup dan bahagia.
Hmm, jadi yang di atas itu tulisan rada nglantur binti ngawur. Yang nulis baru bangun tidur.
Selamat menjalani dan menikmati hari. :)
Wednesday, March 6, 2013
Abaikan Demi Baikan
Judulnya sama dengan siulanku di Twitter baru saja, sebelum akhirnya memposting tulisan ini lewat telepon genggam (Oh, mudahan akur sama sinyal)
Tanya kenapa?
Kadang aku tiba-tiba pingin bermain huruf. Kalau aku boleh sok nginggris, aku nyebutnya lettersplay, haha..
Abaikan demi baikan.
Fokuskan ke kata pertama dan ketiga. Tidak sulit, hanya memindahtempatkan satu huruf ke tempat lain. Aku pikir ini satu latihan kecil untuk bermain anagram (kalau pernah nonton The Davinci Code mudah-mudahan nemu anagram itu bagaimana).
Abaikan demi baikan.
Kalau dirunut dan diserempet-serempetkan dengan hal kehidupan sih banyak. Contohnya, kita kadang sangat perlu mengabaikan sesuatu (atau seseorang) yang mengganggu tatanan hidup kita. Ya apa lagi kalau bukan demi kebaikan kita. Bukan berarti keras kepala, tapi pasti ada saatnya kita akan berbuat skeptis.
Contoh lain dalam hubungan berpasangan, cowok sama cewek. Kan sering tuh si cewek tiba-tiba ngambek, uring-uringan, sampe mogok makan. Ditanya kenapa, gak ngasih tau. Nah, yang begini juga bisa diabaikan. *ditimpukin cewek-cewek*
Sstt..bukan berarti nggak sayang dan perhatian, tapi kan si cowok bukan malaikat yang tau segalanya tentang pasangannya. Di depan dia abaikan, tapi si cowok harus tetap memonitor dong dari jauh. Nanti juga si cewek klepek-klepek sendiri karena mogok makan sampe cungkring. Lagipula, emang dia betah diem-dieman sama kamu? Cieee.. Suit suiiiwwwwew
Udah ya, semoga terposting dengan sentosa.
Bubay!
Tanya kenapa?
Kadang aku tiba-tiba pingin bermain huruf. Kalau aku boleh sok nginggris, aku nyebutnya lettersplay, haha..
Abaikan demi baikan.
Fokuskan ke kata pertama dan ketiga. Tidak sulit, hanya memindahtempatkan satu huruf ke tempat lain. Aku pikir ini satu latihan kecil untuk bermain anagram (kalau pernah nonton The Davinci Code mudah-mudahan nemu anagram itu bagaimana).
Abaikan demi baikan.
Kalau dirunut dan diserempet-serempetkan dengan hal kehidupan sih banyak. Contohnya, kita kadang sangat perlu mengabaikan sesuatu (atau seseorang) yang mengganggu tatanan hidup kita. Ya apa lagi kalau bukan demi kebaikan kita. Bukan berarti keras kepala, tapi pasti ada saatnya kita akan berbuat skeptis.
Contoh lain dalam hubungan berpasangan, cowok sama cewek. Kan sering tuh si cewek tiba-tiba ngambek, uring-uringan, sampe mogok makan. Ditanya kenapa, gak ngasih tau. Nah, yang begini juga bisa diabaikan. *ditimpukin cewek-cewek*
Sstt..bukan berarti nggak sayang dan perhatian, tapi kan si cowok bukan malaikat yang tau segalanya tentang pasangannya. Di depan dia abaikan, tapi si cowok harus tetap memonitor dong dari jauh. Nanti juga si cewek klepek-klepek sendiri karena mogok makan sampe cungkring. Lagipula, emang dia betah diem-dieman sama kamu? Cieee.. Suit suiiiwwwwew
Udah ya, semoga terposting dengan sentosa.
Bubay!
Tuesday, March 5, 2013
Bla bla bla...
Ideal.
Kata itu kutafsirkan seperti kata "seharusnya". Apakah semua yang ada di dunia ini telah ditetapkan "nilainya"?
Idealnya pemerintah begini, bla bla bla...
Idealnya seorang pria begini, bla bla..
Idealnya seorang perempuan begini lho, bla bla bla..
Idealnya seorang pemimpin bersikap bla bla bla..
Kenapa bagi kita sedikit sulit mengatakan "baiknya"?
"Idealnya" itu kayak bikin aku mikir keras apapun yang aku lakukan salah. Kayak merugikan sekitar.
Baiknya kamu begini lho, Hes..
Baiknya mereka berbuat ini, bla bla..
Baiknya... Ya, sepertinya kata ini tidak menekan, tidak mencekam, tidak menuntut keras dan tidak terkesan mendiskreditkan hal-hal yang kita sukai (kendati itu kita sadari kurang benar di mata orang lain).
"Baiknya" adalah sebuah saran, nasihat.
Aku pikir menasihati seseorang itu baik, tentu saja dengan cara yang baik pula.
Tertanda,
Aku yang rindu nasihatmu
Kata itu kutafsirkan seperti kata "seharusnya". Apakah semua yang ada di dunia ini telah ditetapkan "nilainya"?
Idealnya pemerintah begini, bla bla bla...
Idealnya seorang pria begini, bla bla..
Idealnya seorang perempuan begini lho, bla bla bla..
Idealnya seorang pemimpin bersikap bla bla bla..
Kenapa bagi kita sedikit sulit mengatakan "baiknya"?
"Idealnya" itu kayak bikin aku mikir keras apapun yang aku lakukan salah. Kayak merugikan sekitar.
Baiknya kamu begini lho, Hes..
Baiknya mereka berbuat ini, bla bla..
Baiknya... Ya, sepertinya kata ini tidak menekan, tidak mencekam, tidak menuntut keras dan tidak terkesan mendiskreditkan hal-hal yang kita sukai (kendati itu kita sadari kurang benar di mata orang lain).
"Baiknya" adalah sebuah saran, nasihat.
Aku pikir menasihati seseorang itu baik, tentu saja dengan cara yang baik pula.
Tertanda,
Aku yang rindu nasihatmu
Tuesday, February 19, 2013
Yang Tertunda
(Anggaplah kalian membaca saat malam tanggal 19 Februari 2012)
Aku tahu ini yang
ditunggu-tunggu. Harap-harap cemas selama berpekan-pekan sampai pernah obral
omongan di-PHP-in pihak Prodi, akhirnya siang tadi mereka ngasih jawaban. Iya,
itu “jwaban surat cinta” yang dinanti-nanti manusia empat kelas bahasa
Indonesia. Kemarin memang Chuang bilang besok (hari ini, red) Kaprodi bakal
nempel pengumuman proposal judul skripsi, tapi karena khawatir belum pasti,
jadi hal itu nggak dijarkomkan ke teman-teman, hanya hal pengumpulan KHS
semester terakhir yang disebarkan melalui jarkom.
Sampai sore hari aku belum
ke kampus sebab siang ketika dapat SMS dari Chuang dan Hera, aku baru nyampe
kos dari melalang buana di kampus Gunung Kelua. Capek. Setelah menjarkom
beberapa teman dan menjawab satu-satu pertanyaan terkait isi pengumuman itu (please Ade, kalo lu baca ini lu akan
tahu betapa aku bĂȘte nanggepin pertanyaan nggak bermutumu. Ahah! :D), aku tidur
siang. Sekitar pukul 15.30 Wita ketika itu. Aku baru bangun ketika sekitar
pukul 17.00 (lama ya tidur siangku, ahah), dan kudapati pesan dari Tata melalui
WhatsApp Messenger.
Hes, km
ditolak
Begitu
yang dia sampaikan.
OH!
Waktu
itu aku ngerasa nyawaku terkumpul lebih cepat dari saat bangun tidur biasanya.
Aku
membalas
Hee
Kemudian
dia mengirimiku foto
Koleksi Pribadi |
Aku
langsung bangkit.
“Aaaaa….si
Tata frontal banget ngasih taunya…..”
Isti
yang asyik nonton hanya tertawa. Dia belum tahu nasibnya rupanya.
Aku langsung ngacir ke
kamar mandi. Sambil mandi, aku merenungi masa-masa dulu ketika pra pengumpulan kolektif
proposal judul itu. Memang saat itu aku seperti “belum siap” (atau gugup?)
dengan skripsi.Sindrom amahasiswa TA, mungkin. Ah, berkilah melulu, ahah.
Usai mandi, aku berdandan
seadanya kemudian pergi ke kampus demi melihat kenyataan dengan mata kepala
sendiri. Sampai di sana, kenyataan itu benar-benar ada dan sedikit terasa
pahit. Tapi aku tidak sendiri. Ada bahkan yang lebih parah, namanya tidak
tercantum di daftar itu karena berkasnya entah tercecer di mana (termasuk Isti
yang tadi di kos ngetawain nasib ditolakku, ahah!). Usai mendokumentasikan
daftar, aku mampir di basecamp Himabastra,
duduk dan ngobrol sebentar dengan Theo dan Cong, dua orang yang menasihatiku
untuk pantang mundur karena ditolak. Iya, masih ada sepekan setelah ini untuk
menyodorkan proposal. Atau kalau tidak begitu, tunggu kloter pengajuan
selanjutnya, entah berapa lama lagi setelah ini.
Jadi, PR-ku saat ini
adalah mencari yang baru. Ibarat dalam sebuah hubungan dua anak manusia dalam asmara, habis
putus atau ditolak, jangan ragu untuk lanjut ngelaba! Yeaah…
Tuhan sedang merencanakan
sesuatu (yang Insya Allah berkah) untukku dan yang belum beruntung sepertiku.
Semua saling mendoakan yaa….
Spesial buat Emil yang
tadi sempat menggalau (sampai nangis!), ini bukan akhir dari segalanya kok. Aku
juga sedang menghibur diri sendiri. Ayayaii.. Semangat untuk diri dan Indonesia lebih baik!
Bakar, bakar!!!
Bakar, bakar!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)