Bicara
wisata Samarinda, sejujurnya saya tidak terlalu paham. Hampir genap tiga tahun
indekos di Samarinda ternyata belum cukup bagi saya mengenali dan menjelajahi
kota ini sedemikian dekat sampai ke ujung-ujungnya. Selain karena saya bukan warga Samarinda
asli, untuk acara jalan-jalan saya termasuk orang yang perhitungan. Untuk
urusan jalan-jalan, pilihan saya selalu jatuh pada tempat-tempat yang dekat dan
tidak membutuhkan biaya yang banyak. Maklumlah, sebagai seorang mahasiswa
rantau, saya harus pintar mengatur uang. Saya tidak mau uang habis hanya untuk
jalan-jalan. Paling enak sih kalau bisa jalan-jalan gratis sama teman-teman.
Meriah.
Tapi
dari sekian hal di atas, paling tidak saya pernah tinggal di Samarinda.
Berbekal sedikit pengalaman, pengetahuan, dan cerita teman-teman, saya akan
menyebutkan tempat-tempat wisata yang ada di Samarinda.
Berikut
beberapa macam jenis wisata Samarinda versi saya.
Wisata
Alam
1.
Air terjun Pampang. Terletak di Desa
Pampang, sebuah desa yang dihuni oleh komunitas suku Dayak. Selain air terjun,
kita juga bisa melihat rumah Lamin (rumah tradisional Kalimantan Timur) serta
beberapa kesenian Kaltim yang masih dilestarikan oleh penduduk setempat.
Menurut penuturan seorang kawan, untuk kedatangan pengunjung massal/rombongan,
harus meminta izin kepada ketua adat setempat sebelum masuk wilayah Pampang.
Jika ingin berfoto bersama wanita asli suku Dayak (yang masih eksis dengan
telinga panjangnya), sah-sah saja, dan kata seorang kawan pula, cukup dengan
membayar tak lebih dari Rp20.000,- untuk itu. Jangan dipikirkan berapa uang
yang keluar untuk mengabadikan itu, apalagi sekarang sudah sangat jarang
ditemui wanita Dayak bertelinga panjang.
2.
Air terjun Batu Besaung. Terletak di
Kecamatan Sempaja.
3.
Air terjun Tanah Merah. Lokasinya di
Tanah Merah.
4.
Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)
Pertama kali ke sini Januari 2012.
Bersama seorang kawan kami berboncengan pergi ke tempat ini. Sepertinya memang
harus punya kendaraan pribadi untuk sampai ke sini karena tidak ada angkutan
kota yang beroperasi sampai ke lokasi ini, mungkin karena jaraknya yang agak
jauh dari pusat kota.
Kebun raya ini cukup luas karena ketika
itu kami sengaja berjalan kaki mengitari jalan-jalannya. Di sana ada semacam
aula yang bisa disewa untuk acara-acara. Beberapa empang tengah ramai oleh
sekelompok pemancing. Wahana-wahana lain juga diisi oleh beberapa pengunjung.
Mungkin karena waktu itu bukan hari libur jadi tempat itu agak sepi.
Lalu kami pergi melihat
akuarium-akuarium. Sayangnya akuarium-akuarium itu kurang diperhatikan oleh
pengelola kebun raya. Kaca-kacanya buram, dan sebagian besar akuarium kosong
tak ada hewannya. Padahal bayangan saya ketika menuju ke sana sudah demikian
indahnya. Maka terpaksalah saya menelan ludah kekecewaan. Kekecewaan saya tak
berhenti di situ, saya juga kecewa melihat rumah Joglo yang kosong tak terurus.
Di KRS ini ada juga semacam bumi
perkemahan yang bisa digunakan untuk camping. Kata kawan saya, memakai tempat
ini hanya perlu surat izin tanpa dimintai biaya apapun. Lumayan, bukan? Saya
tidak sempat berkeliling ke dalamnya, selain karena harus mengefisienkan waktu
berkunjung, saya juga tak mau bertemu orang-orang “main” di sana karena kata
kawan saya tak jarang tempat seperti itu dimanfaatkan sebagai tempat “main”
yang aman bagi pasangan muda-mudi karena jarang ada patroli. Waduh!
Kami kemudian menuju ke tempat para
binatang. Sambil bisa mendengarkan bangsa-bangsa burung berkicau, saya melihat
buaya itu begitu kering, beruang madu yang kesepian, dan orang utan yang
pendiam. Sayangnya dari sekian binatang yang ada, saya tak menemukan seekor pun
rangkok/enggang yang menjadi kebanggaan Kalimantan Timur.
Hari ini saya kembali ke sana bersama
teman-teman kantor. Hari besar tetap buka sampai pukul 17.00 Wita. Kami mencoba
beberapa wahana yang ada di sana. Komedi putar, kuda-kudaan, dan sepeda air.
Saya sendiri sempat berfoto bersama boneka manusia Saun the Sheep.
Karena dalam kunjungan sebelumnya saya tak sempat ke taman anggrek, maka kali
ini saya ke sana. Hasilnya, sama kecewanya karena yang saya lihat hanyalah
rerimbun tanaman yang tak terawat. Saya juga berkesempatan masuk ke Museum
Kayu, melihat-lihat koleksi kayu-kayuan Kalimantan. Mengingat tempat ini adalah
tempat yang juga dikelola oleh Universitas Mulawarman, saya berharap tempat ini
bisa segera menjadi rekomendasi paling bagus bagi pengunjung lokal Samarinda
maupun luar Samarinda.
Saya sempat bertemu dan ngobrol sedikit
banyak hal dengan seorang fotografer model asal Surabaya yang kebetulan hunting
gambar di KRUS. Dia blak-blakan berpendapat, tempat itu tak terurus. Yah, semoga nantinya bisa dikelola dengan baik
lagi.
5.
Tepian Mahakam
Ini tempat yang sudah tak asing di
telinga warga Samarinda. Tempatnya di sepanjang sungai Mahakam. Tapi yang ramai
oleh pengunjung biasanya mulai dari depan Kantor Gubernur sampai depan Islamic
Centre. Cukup strategis karena selain berada di pusat kota, tempat ini cukup
nyaman untuk sekedar kongkow-kongkow
ria. Pengunjungnya beragam, dari batita sampai manula, laki-laki dan perempuan,
miskin-kaya, semua bebas datang suka-suka.
Tempat ini bahkan menjadi salah satu
tujuan kunjungan orang-orang yang datang dari luar Kalimantan Timur. Contohnya
para Encik dari Malaysia dan Brunei Darussalam ini. Waktu itu usai kegiatan
Dialog Sastra Tiga Negara (Indonesia, malaysia, Brunei Darussalam), Juli 2011. Kebetulan kami sama-sama ada di sana. Saya
melihat mereka mengabadikan gambar di sekitar Tepian Mahakam. Ada sebuah
kebanggan melihat itu.
Setiap kali datang ke sini, saya selalu
berharap bisa melihat pesut. Namun sepertinya keinginan itu harus saya kubur
dalam-dalam karena hewan itu sudah tak ada lagi. Selain karena mungkin mereka
pemalu, habitatnya pun sudah mulai terancam karena adanya kapal-kapal dan
ponton batu bara. Karenanya mereka menyingkir ke perairan pedalaman Mahakam.
Jadi, jika teman-teman penasaran dengan wujud pesut seperti apa, bisa cari
infonya di search engine atau bisa melihat patungnya di Tepian.
Wisata Belanja
Tak lengkap rasanya jika bertandang ke
Samarinda jika tak menapakkan kaki di pusat-pusat perbelanjaan. Berikut
rekomendasi tempat wisata belanja dari saya.
1.
Mall Lembuswana. Letaknya di perempatan
Voorvo. Bagi teman-teman pencinta buku, Gramedia ada di sini. Bagi yang
fashionista, bisa borong barang-barang di Gadjah Mada, Bazaar, dan Matahari.
Bagi yang mau makan-makan, ada cukup banyak tempat makan juga di dalamnya.
2.
Samarinda Central Plaza (SCP). Penikmat
film bisa menikmati suguhan film-film lokal dan manca di XXI dan “21”. Bagi
yang setia dengan stok barang Ramayana, di sini teman-teman bisa bermanja
dengan koleksinya. Wahana permainan juga ada, kok.
Selain dua Mall di atas, ada juga Mall
Mesra, Plaza Mulia, dan Samarinda Square.
3.
Bosan dengan suasana Mall, cobalah untuk
sesekali berjalan di pasar tradisional. Ada dua pasar besar di Samarinda, Pasar
Pagi Samarinda dan Pasar Segiri. Pasar Pagi adalah pasar tradisional tempat
dijualnya buah, sayur, mainan, alat rumah tangga sampai barang konveksi.
Sementara Pasar Segiri adalah pusat perdagangan buah dan sayur Samarinda.
4.
Bagi teman-teman yang ingin mengoleksi
barang-barang khas Kalimantan timur, bisa datang ke Citra Niaga. Tempat ini
memang agak sepi, tapi pernah menjadi objek pengambilan gambar sebuah event
pariwisata karena sebenarnya area ini sudah ada sejak lama dan dihitung sebagai
penyokong perekonomian Samarinda. Tempat ini menyediakan barang-barang serta
pernak-pernik khas Kalimantan Timur.
Atau jika tidak, teman-teman bisa
mengunjungi UKM Centre di jalan Gatot Subroto.
Tempat ini menyediakan berbagai
macam hal berbau Kalimantan Timur. Mulai dari penganan khas seperti madu dan amplang beragam rasa, aksesoris, kain batik
Kalimantan Timur, dan baju.
Jangan sampai ketinggalan datang kedua
tempat ini, ya.
Wisata Kuliner
Untuk wisata yang satu ini, sebenarnya
ada banyak tempat makan yang bagus dengan cita rasa tinggi. Tapi saya akan
cukup merekomendasikan kawasan Pramuka saja sebagai tujuan wisata kuliner.
Karena apa,? Karena ketika saya menulis ini, saya tiba-tiba merindukan rasa dan
kelezatan makanan di sana. Harganya pun tak perlu mahal, pokoknya murah meriah.
Sepanjang Pramuka akan banyak warung makan yang menyediakan makanan mulai
goreng-gorengan, kuah-kuahan, tumis-tumisan, dan bakar-bakaran. Teman-teman
tinggal memilih tempat mana yang menyediakan makanan yang cocok dengan lidah
dan selera.
Saya sendiri jika sedang di Pramuka,
sebisa mungkin untuk datang makan ke warung Ikan Bakar Lunak, atau kalau tidak
ke Seliur. Saya kengen tempe dan tahu bakar kecap serta sambalnya yang enak.
Tertarik?
Wisata Religi
Yang tenar di Samarinda untuk urusan
wisata religi adalah Islamic Centre Samarinda. IC Samarinda disebut-sebut sebagai salah
satu IC besar di kawasan Asia Tenggara. Untuk masuk ke sini, harus berpakaian
muslim. Bagi teman-teman non muslim, biasanya akan diberi penutup kepala.
Tempat ini kerap dijadikan objek fotografi. Maka akan banyak ditemui orang yang
menawarkan jasa pemotretan jika teman-teman ke sini.
Datang
ke IC tak lengkap jika belum naik ke menara Asmaul Husna. Untuk naik ke
menara ini, teman-teman cukup merogoh kocek membeli tiket seharga
Rp5.000,-/anak dan Rp10.000,-/orang dewasa. Dari atas menara, teman-teman bisa
melihat sungai Mahakam yang luas dan panjang, rumah-rumah penduduk yang kecil
dan rapat, jalan-jalan memanjang dan antre, serta sekitar IC yang luas. Ketika
kita berada di atas, kita bisa merasakan betapa kerdilnya kita. Benar-benar
tempat yang cocok untuk berwisata religi!
Selain itu, ceramah atau renungan
bersama dengan menghadirkan ustadz Ibukota juga kerap dilakukan di IC.
Pokoknya, recommended!
Saya pernah meminta saran kepada teman
yang memang sering jalan-jalan tentang wisata di Samarinda khususnya
wisata-wisata alamnya. Dia berkata melalui SMS, “Aku sih pinginnya pemerintah
bisa mengelola dengan baik tempat-tempat wisata tersebut buat infrastruktur
jalan yang masih kurang diperhatikan. Ini penting karena kalau akses jalannya
bagus, calon pengunjung juga bakal nyaman bepergian.”
Saya pribadi ingin wisata Samarinda yang
belum cukup terekspos karena mungkin akses jalannya kurang baik, area wisatanya
kurang menarik, kotor dan tak terurus, juga kurangnya kepedulian masyarakat
Samarinda terhadap potensi wisata Samarindanya sendiri, mulai sekarang
dibenahi. Sangat disayangkan jika eksotiknya tak kita jaga. Setidaknya kita
punya cerita bagus untuk kunjungan-kunjungan calon wisatawan, kan?
Salam eksotika pariwisata Samarinda!
wah ini pemenangnya nih hehhehe
ReplyDeleteadjiewijayapratama.co.cc
Dji...
Deletetulisan bginian..ckckck
tpi mkash doany yo..
kngn buhan KSR eh ^^
jadi pengen jalan2 ke sana....
ReplyDeletengitung krecekan dulu aaaah..ni abang kan minta dbyarin jalan2 k sini :D
Deletemksh dh komen plus saran2ny td..
smngat sllu, bang ^^
Keren Islamic Centre-nya nih, mirip desain mesjid timteng
ReplyDeleteDi kutai lama jg bagus, ada namanya bukit teletubis, dan dsna ada patung naga serta museum untuk foto2 jadul samarinda :)
ReplyDelete