Monday, June 11, 2012

Sejenak Bicara tentang Pasar Malam

Anda seorang shopaholic yang biasa nge-mall??
Masih kepikiran bagaimana suasana pasar malam?
Atau Anda justru bertanya apa menariknya dari sebuah pasar malam? Hmmm..
Ya…atmosfirnya terasa lebih merakyat! Tidak kentara perbedaan kelas dan jenjang status sosial lainnya :)

Saya sendiri punya hal menarik yang saya dapatkan dari suasana pasar malam. Saya senang bisa melihat kerumunan banyak orang. Saya bisa melihat berbagai tingkah polah yang mereka lakukan, berbagai ekspresi, dan respon yang keluar dari reaksi manusia lain.

Di pasar malam, kita bisa melatih keterampilan berkomunikasi. Contohnya, sebagai pembeli, kita harus bisa memposisikan sebagai penawar ulung. Kita harus bisa mengajak pemeli berkompromi ddengan harga yang kita tawar. Misalnya jika dalam kalangan pedagang Banjar, mereka (para penjual, red) biasa mematok harga dua kali lipat dari harga aslinya. kita harus tahu trik menawar tanpa harus mengakibatkan salah satu diantara dua pihak menjadi tidak ikhlas. Pun dengan penjual, ia harus bisa menarik perhatian calon pembelinya tanpa harus berbohong. Kalau barang bagus ya bilang bagus, kalau jelek ya bilang saja jujur. Toh rejeki tak kemana. Kalau kedua belah pihak saling menguntungkan, baru keihatan berkahnya dimana. Iya kan?

Selain itu, berbagai genre lagu mulai dari lagu anak-anak sampai yang ajab-ajab bisa saya dengar. Paman odong-odong selalu setia memutarkan lagu anak-anak. Seperti yang pernah dosen saya katakan bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai dunia anak-anak dan mereka akan melestarikan lagu anak-anak sebagai bahan pengajaran yang bagus untuk pembentukan watak anak-anak melalui lagu dan ayunan lembut dari kayuhan Paman odong-odong. Bravo!!

Saya juga selalu bisa tergoda dengan jajanan pasar yang murah meriah. Tadi saja bersama dua orang kawan memborong bikang, molen pisang, pentol, dan onde-onde (sekedar info, onde-onde adalah kue pasar kesukaan saya, jadi kalau mau traktir onde-onde saya amat berterima kasih, hehehe)

1 comment:

  1. kritik satu ya.

    "...pedagang Banjar, mereka (para penjual, red) biasa mematok harga dua kali lipat dari harga aslinya."

    saya senang di kasih tahu referensinya jika ini memang benar,..kan fakta perlu data. jika sekedar opini,biasanya ada dasarnya. atau mungkin testimoni? rumor,isu,stereotipe?
    Sara dikit, ada nama suku yang disebutkan secara langsung kan. Iya kalau benar "...dua kali lipat...", bagaimana kalau setengah kali lipat,tiga atau mungkin empat kali lipat?

    edit: ...pedagang tertentu,...

    ...beberapa pedagang,...

    ...munurut kata teman saya, beberapa pedagang...

    :D

    ReplyDelete