Hai para pembaca,
baik pembaca setia maupun pembaca yang tidak setia. *eheh
Aku baru kembali dari
pasar malam lho langsung nulis, mumpung ada voucher internet. O ya, jauh waktu aku pernah kan memunculkan tulisan tentang pasar
malam? Hayo yang belum baca, silakan buka halaman sebelum ini. Aku maksa ya? Ehehe
Wew, tulisan ini aku
beri judul Catatan Si Boi. Secara pelafalan emang sama kayak judul sebuah film,
tapi secara penulisan ini jelas beda. Yang dalam film boi pakai Y, tulisanku pakai
I. Ngomongin soal Boi ini, adalah panggilan sesama teman kos. Asal mulanya
ketika baca Padang Bulan-nya Andrea Hirata. Karena menurut kami panggilan itu
terdengar keren, maka kami sepakat memakai panggilan itu untuk berkomunikasi.
Satu Boi yang mau
kuceritakan, yang tadi pergi denganku ke pasar malam adalah Uli.
Saban pasar malam hari
Senin di bilangan Biola, cewek ini pasti nggak lupa beli tomat. Biasalah, demi
menjaga asupan vitamin C-nya.
Di jalan, dia tadi
sempet bilang, “Tomat yang seminggu lalu jarang kusentuh, sering kuanggurin
gitu.” Aku nyeletuk,” Lah, tomat kok dianggurin? Tomat ya tomat aja lah, Boi,
mana bisa disambungin sama anggur.” Ahaha..
Di pasar malam,
penjual sayur mayur yang biasa didatanginya sudah ramai orang. Ya, sepertinya
memang di sana lapak sayuran yang ramai akan jenis sayur, jadi wajar kalau ramai
juga didatangi pembeli.
Kami harus antre. Nah,
di samping lapak sayuran itu ada odong-odong. Boi Uli tahu lagu yang diputar di
odong-odong itu, kalau nggak salah lagu Ular Putih, kayaknya pemilik
odong-odong update juga sama waktu Imlek, haha… terus berlanjut sama lagunya
Joshua yang ada liriknya “bertelur lagi, burungku…” itu. Aku sih nggak tahu
banyak soal lagu anak-anak, hehe.
Aku iseng megang muka
tempat duduk yang kecil di odong-odong, sontak yang ada dibenakku adalah, APA
YANG AKAN TERJADI JIKA ODONG-ODONG ITU KUTEMPELI BOM? Aku terkekeh menyadari
ide jahatku itu. Kulihat banyak juga anak-anak yang tadi naik. Wah, untungnya
hanya sebatas ide, kalau sungguhan terjadi, aku bisa dipenjara karena kasus
pengeboman pasar malam. Kasusnya sih kurang menarik untuk jadi headline di
surat kabar, yah, sama nggak menariknya dengan kondisi jiwa raga tinggal di penjara.
Hiks..
Boi Uli bingung
kenapa aku ketawa, maka kuceritakanlah ide jahatku itu. Dia bilang, “Jahatnya
kau, Boi.” Beruntung tawa kami tenggelam oleh riuh suara orang-orang
bertransaksi.
Entahlah, ada banyak
hal menarik di pasar malam itu. O ya, apa kalian tahu biji salak? Penganan kanji
manis, bentuknya bulat-bulat berwarna krem, dengan kuah santan dan gula merah. Ketika di ekspo Kaltim di Sempaja tempo lalu
aku tahu sebutan Banjarnya sebagai Hantalu Karuang. Dan di pasar malam tadi,
aku baru tahu kalau ada nama lain bagi biji salak adalah Jenang Grendul. Aku
tanya pada si Boi Uli itu nama dari mana, dia bilang itu nama Jawanya.
Weehh..aku baru tahu itu! Kalau kamu?
Kayaknya segitu dulu
Catatan Si Boi. Semoga bisa jadi teman duduk, teman blogwalking, atau teman apa
saja, asal jangan teman tapi mesra. Ini tulisan woi, bukan manusia, kan begitu
ya? Hihi..
Sampai berjumpa di
tulisan selanjutnya.
Peluk hangat dariku. :)
No comments:
Post a Comment