Friday, October 19, 2012

K Vs K

Lagi marak kasus korupsi? KPK? Film kita Versus Korupsi (K Vs K). Iya sih, tapi tulisan saya bukan soal itu karena bagi saya itu terlalu berat, ehehe. Sengaja milih judul itu, kan Kampung Versus Kampungan dan tetap aja kalau disingkat jadi K Vs K, hoho...
Selamat membaca :)

Kampung.
Kata itu mengingatkan saya pada sebuah desa tempat saya lahir di Kabupaten Paser Kecamatan long Ikis, Kayungo namanya. Sekarang nama itu sudah diubah lantaran pemekaran desa menjadi Tajer Mulya yang konon menurut orang-orang setempat punya harapan untuk sejahtera dan maju. Amin, semoga saja.
Dan ini gambar rumah orang tua di kampung:

Kampungan.
Lain hal, kata ini biasa kita dengar sebagai konteks perilaku dan paradigma kolot. Yah, kasarnya sih norak, gaptek, bodoh, primitif, dan sejenisnya yang lebih dialamatkan pada orang-orang yang berasal dari kampung.
Saya mendapat ini dari bangku kuliah saat kelas Seminar Bahasa dan Sastra dengan Pak Rusydi. Katanya, kampungan itu bukan persoalan dari mana asal seseorang, tetapi lebih kepada pola pikir dan gaya hidup seseorang. Kampungan bagi beliau adalah sebuah sikap yang salah yang justru dilakukan oleh orang-orang intelek. Contoh, saat berkendara saling balap di jalan tanpa etika, di kampus gaya mahasiswa bukannya mencerminkan seorang pelajar justru lebih mirip artis dengan ketidakseronokannya, membuang sampah di sembarang tempat lewat kaca mobil atau langsung di parit-parit, pokoknya yang tidak pantas lah. Bukan siapa-siapa lho yang berbuat seperti itu, orang-orang di sekitar saya (dan bahkan tidak menutup kemungkinan saya juga begitu kalau khilaf, ehehe) yang hidup di wilayah ibu kota Kalimantan Timur pun begitu. Bukan soal di mana atau dari mana kita berasal, tapi pola pikir, sikap dan afeksi yang baik dan benar harus kita tonjolkan pada masyarakat.
Sebagai tambahan, seorang dosen lainnya pernah mengatakan begini, "Orang dengan penguasaan kognisi bagus, afeksinya bagus."
Secara pribadi saya menyepakati apa yang diucapakan dosen saya, tetapi pada realita saya harus lebih banyak belajar tentang sikap. Orang intelek kalau tidak bisa bersikap adil kan jadi tidak terlihat intelektualnya. Iya kan?

Sekarang, sebagai seorang yang berpendidikan (nah buktinya bisa buka dan baca blog saya, ahaha) yuk kita buktikan bahwa kita bisa bersikap adil (artinya menempatkan sesuatu yang wajar dan pantas pada situasi dan kondisi tertentu). Mari berpendidikan dan hidup dalam kebijaksanaan.

Mari....

No comments:

Post a Comment